Sabtu, 27 Mei 2017

Makalah Kecerdasan Jamak



BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Kecerdasan IQ (Intelligence Quotient) yang hanya berpihak
pada sebagian kecil peserta didik. Dikatakan berpihak pada sebagian kecil peserta didik karena kecerdasan IQ hanya dilandaskan pada kemampuan bahasa, matematika dan logika yang hanya sebagian kecil dari peserta didik memiliki kecenderungan dan kemampuan pada ketiga materi itu.
Gardner mengatakan bahwa kita cenderung hanya menghargai orang-orang yang memang ahli di dalam kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Kita harus memberikan perhatian yang seimbang terhadap orang-orang yang memiliki talenta (gift) di dalam kecerdasan yang lainnya seperti artis, arsitek, musikus, ahli alam, designer, penari, terapis, entrepreneurs, dan lain-lain. Gagasan Howard Gardner tentang kecerdasan jamak yang dituangkan dalam bukunya berjudul “Frames of Mind” telah merubah cara pandang kita dalam mempelajari kecerdasan manusia. Saat ini, teori kecerdasan jamak yang dikembangkan Gardner ini telah menjadi rujukan penting dalam proses pendidikan.
Kecerdasan jamak mencoba untuk mengubah pandangan bahwa kecerdasan seseorang hanya terdiri dari kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Kecerdasan jamak memberikan pandangan bahwa terdapat sepuluh macam kecerdasan yang dimiliki oleh setiap orang. Yang membedakan antara yang satu dengan yang lainnya adalah komposisi atau dominasi dari kecerdasan tersebut.
B.     Tujuan
1.      Agar mahasiswa mengetahui lebih dalam tentang kecerdasan jamak.
2.      Agar mahasiswa sebagai calon pendidik mampu menerapkan teori kecerdasan jamak pada peserta didik
BAB II
PEMBAHASAN
  1. Pengertian Kecerdasan Jamak
Kecerdasan seringkali dimaknai sebagai kemampuan memahami sesuatu dan kemampuan berpendapat.[1] Dalam hal ini kecerdasan dipahami sebagai kemampuan intelektual yang menekankan logika dalam memecahkan masalah.
 Kecerdasan menurut Gardner diartikan sebagai suatu kemampuan, dengan proses kelengkapannya, yang sanggup menangani kandungan masalah yang spesifik di dunia. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa orang yang memiliki jenis kecerdasan tertentu, kecerdasan musikal misalnya, akan menunjukkan kemampuan tersebut dalam setiap aspek hidupnya. Dikatakan lebih lanjut bahwa setiap orang memiliki delapam jenis kecerdasan dalam tingkat yang berbeda-beda. Kedelapan jenis kecerdasan itu memiliki komponen inti dan ciri-ciri. Kehadiran ciri-ciri pada individu menentukan kadar profil kecerdasannya. Dalam kehidupan nyata, kecerdasan-kecerdasan itu hadir dan muncul bersama-sama atau berurutan dalam suatu atau lebih aktivitas. Dalam kasus khusus, ditengarai adanya individu savant, yakni orang yang memiliki tingkat kecerdasan yang sangat tinggi pada satu jenis kecerdasan, namun rendah dalam kecerdasan yang lain.
Dari segi terminologi jamak berarti banyak atau lebih dari satu. Berarti kecerdasan jamak itu kecerdasan yang lebih dari satu. Dalam bahasa aslinya kecerdasan jamak dikenal dengan istilah Multiple Intellegence (MI). Ada juga yang menerjemahkannya sebagai kecerdasan majemuk. Kecerdasan jamak merupakan berbagai kemampuan yang dimiliki setiap individu dengan tingkatan yang berbeda-beda.
Dalam dunia pendidikan, teori multiple intelligences mulai diterima karena dianggap lebih melayani semua kecerdasan yang dimiliki anak. Konsep MI menjadikan pendidik lebih arif melihat perbedaan, dan menjadikan anak merasa lebih diterima dan dilayani. Konsep ini “menghapus” mitos anak cerdas dan tidak cerdas, karena menurut konsep ini, semua anak hakikatnya cerdas. Hanya saja konsep cerdas itu perlu diredefinisi dengan landasan baru
Teori kecerdasan jamak yang menyatakan bahwa kecerdasan meliputi sembilan kemampuan intelektual. Teori tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa kemampuan intelektual yang diukur melalui tes IQ sangatlah terbatas karena tes IQ hanya menekan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa.
Teori kecerdasan jamak sangat menekankan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna karena menghargai seluruh kecerdasan anak. Dengan demikian, anak mampu memahami dan mengimplementasikan pelajaran dengan cara yang menyenangkan dan mudah dipahami.[2]
Selain itu, juga dilakukan agar kecerdasan majemuk anak bisa berkembang secara maksimal, sehingga anak yang dalam beberapa kecerdasan kurang menonjol dapat dibantu dan dibimbing untuk mengembangkan kecerdasan - kecerdasan tersebut.

  1. Jenis-jenis Kecerdasan Jamak
Kecerdasan jamak adalah teori yang dicetuskan oleh Howard Gardner untuk menunjukkan bahwa pada dasarnya setiap individu memiliki banyak kecerdasan. Menurut Gardner, kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk mode yang merupakan konsekuensi dalam suasana budaya atau masyarakat tertentu.
Adapun kecerdasan – kecerdasan tersebut yaitu :[3]
1.      Kecerdasan Linguistik (Verbal Linguistic Intelligence)
Kecerdasan linguistik atau disebut juga dengan kecerdasan verbal adalah kemampuan untuk berpikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dan menghargai makna yang kompleks, misalnya cerdas bahasa secara lisan seperti pendongeng, narator atau politisi, maupun cerdas bahasa secara tertulis, seperti sastrawan, editor, penulis drama atau wartawan. Siswa yang mempunyai kecerdasan ini mampu menggunakan bahasa secara lisan atau tulisan yang memberikan kesan Ia pandai berbicara, gemar bercerita, dengan tekun mendengarkan cerita atau membaca. Kecerdasan ini menuntut kemampuan anak untuk menyimpan berbagai informasi yang berarti berkaitan dengan proses berpikirnya.
Orang atau anak yang memiliki kecerdasan ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal:
a. berkomunikasi lisan & tulis
b. mengarang cerita
c. diskusi & mengikuti debat suatu masalah
d. belajar bahasa asing
e. bermain “game” bahasa
f. membaca dengan pemahaman tinggi
g. mudah mengingat kutipan, ucapan ahli, pakar, ayat
h. tidak mudah salah tulis atau salah eja
i. pandai membuat lelucon
j. pandai membuat puisi
k. tepat dalam tata bahasa
l. kaya kosa kata
m. menulis secara jelas
2.      Kecerdasan Logika-Matematika (Logical-Mathematical Intelligence)
Kecerdasan logika-matematika merupakan kemampuan dalam logika, abstraksi, penalaran, berfikir kritis, menghitung, mengukur mempertimbangkan proposisi dan hipotesis, serta menyelesaikan operasi-operasi matematika. Hal ini juga berkaitan dengan memiliki kapasitas untuk memahami prinsip-prinsip yang mendasari beberapa jenis sistem kausal , misalnya akuntan, programer komputer, ilmuwan, ahli statistik, dan lain-lain. Siswa dengan kecerdasan logical-mathematical yang tinggi memperlihatkan minat yang besar terhadap kegiatan eksplorasi. Mereka sering bertanya tentang berbagai fenomena yang dilihatnya. Mereka menuntut penjelasan logis dari setiap pertanyaan. Selain itu mereka juga suka mengklasifikasikan benda dan senang berhitung
Seseorang yang memiliki kecerdasan ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal :
a. menghitung, menganalisis hitungan
b. menemukan fungsi-fungsi dan hubungan;
c. memperkirakan
d. memprediksi
e. bereksperimen
f. mencari jalan keluar yang logis
g. menemukan adanya pola
h. induksi dan deduksi
i. mengorganisasikan/membuat garis besar
j. membuat langkah-langkah
k. bermain permainan yang perlu strategi
l. berpikir abstrak dan menggunakan simbol abstrak
m. menggunakan algoritme
3.      Kecerdasan Spasial Visual (Spatial-Visual Intelligence)
Kecerdasan ini berkaitan dengan penilaian spasial-visual dan kemampuan untuk memvisualisasikan dengan pikiran secara akurat. (misalnya sebagai pramuka, pemandu, pemburu) dan mentransformasikan persepsi dunia spasial-visual tersebut (misalnya dekorator, desainer interior, arsitek, seniman). Kecerdasan ini memungkinkan seseorang untuk merasakan bayangan eksternal dan internal, melukiskan kembali, merubah, atau memodifikasi bayangan, mengemudikan diri sendiri dan objek melalui ruangan, dan menghasilkan atau menguraikan informasi grafik. Siswa dengan kecerdasan spasial visual yang tinggi cenderung berpikir secara visual. Mereka kaya dengan khayalan internal (internal imagery), sehingga cenderung imaginatif dan kreatif.
Seseorang yang memiliki kecerdasan ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal :
a. arsitektur, bangunan
b. dekorasi
c. apresiasi seni, desain, denah
d. membuat dan membaca chart, peta
e. koordinasi warna
f. membuat bentuk, patung dan desain tiga dimensi lainnya
g. menciptakan dan interpretasi grafik
h. desain interior
i. dapat membayangkan secara detil benda-benda
j. pandai navigasi, arah
k. melukis, membuat sketsa
l. bermain game ruang
m. berpikir dalam image atau bentuk
n. memindahkan bentuk dalam angan-angan
4.      Kecerdasan Kinestetik Tubuh (Bodily-Kinesthetic Intelligence)
Adalah keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan, dan keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu. Karir yang sesuai dengan mereka dengan kecerdasan ini meliputi pengrajin, pemahat, penjahit, mekanik, atlit, penari, musisi, aktor, polisi, dan tentara dan lain-lain. Siswa dengan kecerdasan ini yang di atas rata-rata, senang bergerak dan menyentuh. Mereka memiliki kontrol pada gerakan, keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan dalam bergerak. Mereka mengeksplorasi dunia dengan otot-ototnya.
Seseorang yang cerdas dalam jenis ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal :
a. mengekspresikan dalam mimik atau gaya
b. atletik
c. menari dan menata tari
d. kuat dan terampil dalam motorik halus
e. koordinasi tangan dan mata
f. motorik kasar dan daya tahan
g. mudah belajar dengan melakukan
h. mudah memanipulasikan benda-benda (dengan tangannya)
i. membuat gerak-gerik yang anggun
j. pandai menggunakan bahasa tubuh
5.      Kecerdasan Musikal (Musical Intelligence)
Kecerdesan musikal atau musical intelligence atau menurut Gardner disebut musical–rhythmic and harmonic adalah kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal dengan cara mempersepsi, membedakan, menggubah dan mengekspresikan, misalnya penyanyi, komposer, penikmat musik, dan lain-lain. Siswa dengan kecerdasan musikal yang menonjol mudah mengenali dan mengingat nada-nada. Ia juga dapat mentransformasikan kata-kata menjadi lagu, dan menciptakan berbagai permainan musik. Mereka pintar melantunkan beat lagu dengan baik dan benar. Mereka pandai menggunakan kosa kata musikal dan peka terhadap ritme, ketukan, melodi atau warna suara dalam sebuah komposisi musik.
Seseorang yang cerdas dalam jenis ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal:
a. menyusun/mengarang melodi dan lirik
b. bernyanyi kecil, menyanyi dan bersiul
c. mudah mengenal ritme
d. belajar dan mengingat dengan irama, lirik
e. menyukai mendengarkan dan mengapresiasi musik
f. memainkan instrumen musik
g. mengenali bunyi instrumen
h. mampu membaca musik (not balok, dll)
i. mengetukkan tangan, kaki
j. memahami struktur musik
6.      Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence)
Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain secara efektif. Karir yang sesuai dengan kecerdasan ini mencakup politisi, manajer, guru, konselor dan pekerja sosial. Orang yang memiliki kecerdasan ini akan mampu mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, dan motivasi serta perasaan orang lain. Siswa dengan kecerdasan interpersonal yang menonjol memiliki interaksi yang baik dengan orang lain, pintar menjalin hubungan sosial, serta mampu mengetahui dan menggunakan beragam cara saat berinteraksi. Mereka juga mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku dan harapan orang lain, serta mampu bekerja sama dengan orang lain . Pemikiran Gardner tentang kecerdasan jamak mengenai kecerdasan interpersonal di atas ditempatkan oleh Salovey dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional  
            Seseorang yang cerdas dalam jenis ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal :
a. mengasuh dan mendidik orang lain
b. berkomunikasi
c. berinteraksi
d. beremphati dan bersimpati
e. memimpin dan mengorganisasikan kelompok
f. berteman
g. menyelesaikan dan menjadi mediator konflik
h. menghormati pendapat dan hak orang lain
i. melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang
j. sensitif atau peka pada minat dan motif orang lain
k. kerjasama dalam tim
7.       Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)
Kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan untuk membuat persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakan pengetahuan semacam itu dalam bertindak berdasarkan pemahaman tersebut, merencanakan dan mengarahkan kehidupan seseorang. Siswa dengan kecerdasan intra personal yang menonjol memiliki kepekaan perasaan dalam situasi yang tengah berlangsung, memahami diri sendiri, dan mampu mengendalikan diri dalam situasi konflik. Ia juga mengetahui apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan dalam lingkungan sosial. Mereka mengetahui kepada siapa harus meminta bantuan saat memerlukan.
Seseorang yang cerdas dalam jenis ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal :
a. berfantasi, “bermimpi”
b. menjelaskan tata nilai dan kepercayaan
c. mengontrol perasaan
d. mengembangkan keyakinan dan opini yang berbeda
e. menyukai waktu untuk menyendiri, berpikir, dan merenung
f. introspeksi
g. mengetahui dan mengelola minat dan perasaan
h. mengetahui kekuatan dan kelemahan diri
i. memotivai diri
j. mematok tujuan diri yang realistis
k. memahami konflik dan motivasi diri
8.       Kecerdasan Naturalis (Naturalist Intelligence)
Kecerdasan naturalis ialah kemampuan untuk mengenali, membedakan, menggolongkan, dan membuat kategori terhadap apa yang dijumpai di alam maupun di lingkungan. Kecerdasan ini adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang mencakup kecakapan dalam mengenal, mengklasifikasi flora fauna dan benda-benda alam lainnya serta memiliki kepekaan terhadap kondisi lingkungan.
Seseorang yang cerdas dalam jenis ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal :
a. menganalisis persamaan dan perbedaan
b. menyukai tumbuhan dan hewan
c. mengklasifikasi flora dan fauna
d. mengoleksi flora dan fauna
e. menemukan pola dalam alam
f. mengidentifikasi pola dalam alam
g. melihat sesuatu dalam alam secara detil
h. meramal cuaca
i. menjaga lingkungan
j. mengenali berbagai spesies
k. memahami ketergantungan lingkungan
l. melatih dan menjinakkan hewan

Menurut Gardner, setiap orang memiliki semua tipe kecerdasan tersebut, tetapi dalam tingkatan yang bervariasi. Akibatnya, kita cenderung mempelajari dan memproses informasi dengan cara yang berbeda-beda. Orang mampu belajar dengan baik ketika mereka dapat mengaplikasikan keunggulan kecerdasan mereka dalam tugas ini.
Penerapan teori Gardner tentang kecerdasan ganda dalam pendidikan anak adalah memungkinkan mereka menemukan dan mengeksplorasi bidang-bidang dimana mereka memiliki keingintahuan dan bakat alami. Menurut Garner, seandainya para guru memberi anak-anak kesempatan untuk menggunakan tubuh, imajinasi, dan indra mereka, hampir setiap siswa akan menemukan bahwa dirinya sangatlah ahli dalam suatu hal tertentu.
Bahkan seorang siswa yang tidak memahami satu bidang ilmupun akan menemukan bahwa dirinya memiliki kekuatan-kekuatan yang setara dengan orang lain. Seperti di Key School di Indianapolis, setiap siswa dipaparkan pada materi-materi yang didesain untuk menstimulasi keahlian bahasa, matematika dan permainan fisik. Terlebih lagi, mereka didorong untuk memahami diri sendiri dan orang lain.[4]
McKenzie menggunakan roda domain kecerdasan jamak untuk memvisualisasikan hubungan tidak tetap antara berbagau kecerdasan. Pertama, kecerdasan dikelompokkan kedalam 3 wilayah, atau domain, yakni interaktif, analitik, dan introspektif. Ketiga domain ini dimaksudkan untuk menyelaraskan kecerdasan dengan siswa yang ada.
  • Domain Interaktif, yang terdiri atas kecerdasan verbal, interpersonal, dan kinestetik. Seseorang biasanya menggunakan kecerdasan ini untuk mengekspresikan diri dan mengeksplorasi lingkungan mereka.
  • Domain Analitik, terdiri atas kecerdasan musik, logis, dan naturalistik, yang digunakan oleh seseorang dalam menganalisis data dan pengetahuan. Kecerdasan ini banyak digunakan untuk menganalisis dan menggabungkan data ke dalam skema yang sudah ada.
  • Domain Introspektif, terdiri atas kecerdasan intrapersonal dan visual. Kecerdasan ini memerlukan keteribatan seseorang untuk melihat sesuatu lebuh dalam dari sekedar memandang melainkan harus mamou membuat hubungan emosional antara yang mereka pelajari dengan pengalaman masa lalu.

C.     Penerapan Kecerdasan Jamak dalam Pembelajaran
Penerapan kecerdasan jamak dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dalam tiga bentuk utama yakni : [5]
·         Orientasi Kurikulum
Dasar pemikiran untuk menggunakan konsep kecerdasan jamak dalam kurikulum adalah sebagai berikut :
1.      Kecerdasan jamak berkenaan dengan kemampuan peserta didik dalam melakukan sesuatu dalam berbagai konteks.
2.      Kecerdasan jamak menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui peserta didik untuk menjadi standart kompentesi.
3.      Kecerdasan jamak merupakan hasil belajar (learning outcomes) yang menjelasakan hal-hal yang dilakukan peserta didik setelah melalui proses pembelajaran.
4.      Kehandalan kemampuan peserta didik melakukan sesuatu harus didefenisikan secara jelas dan luas dalam suatu standar yang dapat dicapai melalui kinerja yang dapat diukur.
5.      Penyusun standart kompetensi, kompetensi dan hasil belajar hendaknya didasarkan pada kecerdasan jamak yang ditetapkan secara proposional, tidak melulu hanya aspek kognitif atau spiritual belaka tetapi seimbang dan tepat sasaran.
·         Pengembangan Metodologi Pembelajaran
1.      Metode bercerita, adalah salah satu bentuk untuk mengembangkan inteligence linguistic, dimana siswa diajak menyenangi dan mencintai bahasa, dimana siswa dapat menikmati suara dari kata-kata, menghargai dan memeakai kekuatan dengan penuh tanggungjawab.
2.      Problem solving, siswa dihadapkan pada masalah konkret. Misalnya adanya perkelahian antar pelajar, sering terlambat sekolah, prestasi kelas merosot, komunikasi dengan guru kurang lancar. Siswa diajak untuk memikirkan bersama, mendiskusikan bersama, dan memecahkan masalah secara bersama-sama,. Metode ini dapat mengasah kecerdasan interpersonal.
3.      Reflective thingking/critical thinking, siswa secara pribadi atau berkelompok dihadapkan pada suatu artikel, peristiwa, kasus, gambar, foto, dan lainnya. Siswa diajak untuk membuat catatan refleksi atau tanggapan bahan-bahan tersebut. Bahan-bahan bisa dipilih sendiri oleh siswa. Cara ini dapat mengembangkan kecerdasan kinestetik dan juga interpersonal inteligence.
4.      Group dynamic, siswa dibimbing untuk kerja kelompok secra kontinyu dalam mengerjakan suatu proyek tertentu. Metode ini dapat diterapkan untuk mengembangkan kecerdasan logical, mathematical, dan kecerdasan interpersonal.
5.      Comunity building, siswa satu kelas diajak untuk membangun komunitas atau masyarakat mini dengan aturan, tugas, hak, dan kewajiban yang mereka atu sendiri secara demokratis. Cara ini dapat dikembangkan untuk membangun kecerdasan intrapersonal.
6.      Responsibility building, siswa diberi tugas yang konkret dan diminta membuat laporan pertanggungjawaban secara jujur. Cara ini juga dapat dikembangkan untuk membangun kecerdasan intrapersonal.
7.      Picnic , siswa merancang kegiatan santai diluar sekolah, tidak harus ketempat jauh dan biaya mahal untuk menggali nilai-nilai sosial, spiritual, keindahan, dan sebagainya. Ini adalah cara yang tepat untuk mengembangkan kecerdasan spatial, dan kecerdasan musical.
8.      Camping study, siswa diajak melakukan kegiatan camping dalam rangka belajar. Kegiatan ini juga tidak harus jauh, bisa dihalaman sekolah. Seperti hal diatas, ini dapat diterapkan guru untuk membangun kecerdasan spatial, juga intrapersonal.
9.      Kerja individu dan kelompok, proses pembelajaran pada intinya adalah pemberian layanan kepada setiap individu siswa agar mereka berkembang segera maksimal sesuai dengan potensi yang mereka miliki. Pelayanan secara individual bukan berarti mengajari anak satu persatu secraa bergantian, melainkan dengan memberikan peluang sebesar-besarnya kepada setiap individu untuk memperoleh pengalaman belajra sebanyak-banyaknya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengaktifkan siswa baik secara individu maupun berkelompok. Cara yang paling biasa untuk mendorong kerja-regu adalah meminta siswa untuk bekerja dalam suatu regu untuk mencari jawaban pada pertanyaan, untuk memecahkan suatu masalah. Namun guru harus berhati-hati agar harapan, toleransi, semangat regu dan pengertian tentang hakikat pekerjaan hendaklah realistis mengingat keterampilan dan pengalaman siswa-siswa. Cara berikut dapat dikembangkan untuk membangun kecerdasan interpersonal dan body kinesthetic.
10.  Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental, banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut siswa, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Cara seperti ini dapat mengembangkan berbagai kecerdasan seperti kecerdasan linguistic, kecerdasan bodily kinethetic,dan bahkan kecerdasan interpersonal.
11.  Pertanyaan efektif, jika siswa diminta untuk mengerti dan bukan sekedar mengingat informasi yang ditemukannya didalam buku pelajaran, bahan rujukan, surat kabar dan sebagainya, maka mereka haruslah aktif mengumpulkan informasi. Pengajuan suatu pertanyaan menggunakan kata-kata dan ungkapan yang tidak mudah ditemukan di dalam teks atau naskah. Sehingga mendorong siswa berpikir dan berpendapat tidak hanya untuk menyalin jawaban, keterampilan ini digunakan untuk mengasah kecerdasan linguistic.
12.  Membandingkan dan mensintasiskan informasi, pemahaman informasi yang dikumpulkan dari suber daya dapat ditingkatkan jika siswa-siswa bekerja dalam kelompok dan setiap anggota kelompok diberi sumber data yang berbeda umtuk digunakan dalam mencari jawaban atas pertanyaan yang sama. Dengan demikian, siswa harus membandingkan dan mendiskusikan jawaban yang sudah mereka tuliskan sehingga hasilnya mereka akan mampu memberi satu jawaban yang memuaskan. Cara ini digunakan untuk melatih anak dalam kecerdasan linguistic dan logical mathematical.
13.  Mengamati (mengawasi) aktif, sering siswa-siswa tidak berpikir dan belajar aktif pada waktu menonton vidio. Beberapa orang guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa-siswa untuk dijawab pada waktu mereka menonton video. Biasanya pertanyaan-pertanyaan itu disajikan dengan susunan dimana jawaban-jawaban akan muncul didalam video dan ungkapan-ungkapan kunci didalam pertanyaan-pertanyaan juga terjadi didalam video, sehingga menunjuk pada jawaban. Cara ini digunakan untuk melatih kecerdasan linguistic dan kecerdasan musical.
14.  Peta akibat, metode ini dapat digunakan sebelum atau sesudah siswa-siswa mempelajari sesuatu topik. Hal itu dapat digunakan untuk menemukan seberapa tuntas siswa-siswa dalam memikirkan susatu isu atau peristiwa, atau dapat digunakan untuk menemukan apakah mereka sudah mampu menerapkan informasi yang sudah dipelajari dalam menganalisis situasi baru. Siswa-siswa diminta untuk mempertimbangkan semua hasil yang mungkin dari suatu tindakan atau perubahan dan kemudian hasil-hasil dan akibat sesudah itu. Mereka juga didorong untuk berpikir tenang. Cara ini digunakan untuk melatih mengembangkan kecerdasan linguistic.
15.  Keuntungan dan kerugian, suatu tugas analisis yang kurang rumit dapat melibatkan siswa-siswa untuk memeriksa informasi yang mereka temukan tentang keputusan. Sikap, atau tindakan yang kontroversial (menjadi sengketa). Siswa-siswa bekerja sebagai satu kelas keseluruhan atau dalam kelompok-kelompok untuk menggolongkan informasi yang mereka kumpulkan apakah untung atau rugi bagi mereka sendiri, keluarganya, desa atau masyarakat umumnya. Sesudah itu, siswa –siswa dapat diminta untuk memutuskan. Ini adalah cara guru untuk mengembangkan kecerdasan logical mathematical.
16.  Permainan peranan konverensi meja bundar, strategi- strategi ini meliputi permainan peranan atau advokasi untuk kepentingan kelompok komunitas tertentu. Hal ini dimaksudkan untuk membantu siswa-siswa mengenali bahwa biasanya terdapat suatu rentang sudut pandang mengenai sesuatu isu dan suatu rentang menafsirkan informasi tentang isu itu. Pada akhir konverensi meja bundar, siswa-siswa hendaklah didorong untuk memperhatikan semua sudut pandang dan tiba pada suatu keputusan pribadi tentang isu itu. Metode ini dapat dikembangkan untuk merangsang anak agar terlahir kecerdasan interpersonalnya dengan baik.
·         Pengembangan Evaluasi Hasil Pembelajaran.
1.      Evaluasi dikembangkan dengan prinsip untuk memberikan informasi kemajuan belajar siswa dalam berbagai bidang intelligensi (kecerdasan jamak). Hal ini sudah harus tergambar sejak dalam perencanaan pembelajaran pengembangan kegiatan pembelajaran.
2.      Bentuk evaluasi harus dikembangkan dengan berbagai macam yang dapat mengakomodir kecerdasan yang sangat kompleks, baik itu kecerdasaan dalam linguistic, logical mathematical, interpersonal dan lain sebagainya. Bentuk tes soal ujian harus diiringi dengan tugas, jadi nilai praktek dan nilai sehari hari sangat besar perannya dalam penentuan keberhasilan belajar.
3.      Proses penilaian benar-benar berbasis kelas dan berangkat dari potensi apa yang dimiliki anak, kemudian kecerdasan apa yang tepat untuk dikembangkan pada dirinya. Artinya kompetensi yang ditetapkan oleh guru dalam tujuan pembelajaran juga harus diiringi dengan pertimbangan lain dimana masing-masing anak memiliki keunikan yang khas, sehingga pengukuran kecerdasannya pun membutuhkan ciri khas.

D.    Identifikasi Kecerdasan Jamak.
Sekarang ini banyak cara yang dikembangkan untuk mengidentifikasi kecerdasan jamak, baik yang disusun berdasarkan sistem komputerisasu maupun yang masih menggunakan cara tradisional dengan melakukan pengamatan terhadap kebiasaan orang. Connell (2006) dan Armstrong (2009) memisahkan antara cara mengidentifikasi kecerdasan jamak anak-anak dan orang dewasa.[6]

SURVEI KECERDASAN JAMAK ANAK-ANAK[7]
Berilah tanda centang ( √ ) pada masing-masing jenis kecerdasan dibawah ini berdasarkan kebiasaan dan kesukaan anak yang diamati!
Kecerdasan
Karakteristik Umum
Linguistik
-          Menulis lebih baik dari anak-anak seusianya
-          Suka berbicara dan menyampaikan cerita yang lucu
-          Mempunyai memori yang baik untuk nama, tempat, tanggal, atau hal-hal sepele
-          Senang bermain kata
-          Senang membaca buku
-          Mampu mengucap kata secara akurat untuk anak seusianya
-          Menghargai sajak-sajak walaupun berupa kata-kata yang tidak masuk akal
-          Suka mendengar kata-kata lisan (cerita, komentar dalam radio, dan buku-buku audio)
-          Memiliki kosakata yang bail untuk anak seusianya
-          Mampu berkomunikasi dengan orang lain melalui cara yang verbal
Logika Matematika
-          Mengajukan banyak pertanyaan tentang bagaimana sesuatu itu berjalan
-          Senang bekerja dan bermain dengan angka-angka
-          Suka mata pelajaran matematika
-          Selalu mencari permainan-permainan matematika dan komputer yang menarik
-          Senang bermain catur, keker-kekeran, atau permainan strategi lainnya
-          Senang bermain teka-teki yang logik
-          Senang melakukan sesuatu dalam kategori, hierarki, atau dalam pola-pola logik
-          Suka melakukan percobaan dalam mata pelajaran sains
-          Menunjukkan ketertarikan pada mata pelajaran yang berhubungan dengan sains
-          Mampu menyelesaikan dengan baik jenis tes berpikir logika
Visual/Spasial
-          Senang menggambar hal-hal yang ada di sekitar
-          Labih mampu membaca peta, diagram, grafik daripada membaca teks
-          Sering merenung dan berpikir
-          Senang berbagai aktivitas senihasil gambarnya lebih baik dari anak seusianya
-          Sangat menyukai nonton film, slide, atau presentasi visual
-          Senang bermain teka-teki bergambar
-          Mampu mengonstruksi tiga dimensi
-          Mampu menangkap isi bacaan lebih mudah dari gambar dibanding kata-kata
-          Menggambar di atas lembar kerja, atau semacamnya sambil melamun
Bodily Kinestetik
-          Unggul dalam satu atau lebih jenis olahraga
-          Senang bergerak dan memukul-mukul sesuatu kekita duduk lama di suatu tempat
-          Suka meniru-niru sikap dan perilaku orang lain
-          Suka membongkar sesuatu dan memasangnya kembali
-          Sang memegang apa yang dilihat
-          Senang berlari, melompat-lompat, bergulat, atau kegiatan yang sejenis
-          Menunjukkan keterampilan tentang kerajinan tangan
-          Mengungkapkan sesuatu dengan cara dramatis
-          Senang mengungkapkan perasaan fisik ketika bekerja
-          Bermain dengan tanah liat atau pekerjaan taktis seperti menggambar dengan jari
Musikal
-          Mengetahui ketika bunyi tak sesuai tangga nada
-          Mudah mengingat melodi lagu
-          Memiliki suara yang merdu
-          Pandai memainkan alat musik
-          Menggunakan irama dalam berbicara dan bergerak
-          Senang bersenandung sendiri tanpa disadari
-          Memukul-mukul meja atau bangku sembari berirama walau sedang bekerja
-          Sensitif pada suara-suara alam seperti bunyi hujan
-          Langsung merespon ketika mendengarkan musik
-          Sering mengulang-ngulang lagu yang dipelajari dikelas maupun diluar kelas
Intrapersonal
-          Menunjukkan kemandirian dengan keinginan yang kuat
-          Memiliki perasaan realistik terhadap kemampuan dan kelemahan dirinya
-          Mengerjakan sesuatu dengan baik ketika ditinggalkan sendiri
-          Berpendirian pada gaya atau cara belajarnya sendiri
-          Memiliki hobi dan minat pada sesuatu yang tidak banyak diceritakan
-          Panda mengatur diri sendiri
-          Lebih suka bekerja sendiri daripada bekerja sama orang
-          Mampu mengungkap perasaan dirinya dengan akurat
-          Mampu mengambil pelajaran dari keberhasilan dan kegagalan dalam hidup
-          Keyakinan diri dan kemandirian berpikir lebih baik dari anak-anak lain
Interpersonal
-          Senang bersosialisasi dengan teman sejawat
-          Kelihatan menjadi pemimpin secara alamiah
-          Sering memberi nasihat kepada persoalan teman-temannya
-          Tampak pintar dijala(walaupun secara tiba-tiba melihat persoalan).
-          Memiliki klub-klub, anggota, organisasi atau kelompok kawanan tidak formal
-          Sang mengajar anak lain secara tidak formal
-          Senang bermain game dengan anak lain
-          Mempunyai dua atau lebih teman akarab
-          Memiliki empati dan kepedulian kepada orang lain
-          Selalu diikuti oleh anak-anak lain
Naturalis
-          Berbicara banyak tentang binatang, tumbuh-tumbuhan atau keadaan alam
-          Senang berdarmawisata kealam, kebun binatang, atau ke museum
-          Memiliki kepekaan pada alam
-          Senang menyiram bunga atau memelihara binatang
-          Senang ketika belajar tentang ekologi, alam, binatang, dan tumbuh-tumbuhan
-          Berbucara banyak tentang hak-hak binatang dan cara keja planet bumi
-          Senang melakukan proyek pelajaran yang berbasis alam
-          Mengerjakan denagn baik topik-topik yang melibatkan sistem kehidupan binatang, cara kerja alam, dan bahkan manusia.
                                                                                                                     

SURVEI KECERDASAN JAMAK UNTUK ORANG DEWASA[8]
Tulislah angka 1 pada bagian kanan dari masing-masing pernyatan berikut jika Anda setuju atau sesuai dengan pengalaman Anda. Tulislah angka 0 jika tidak setuju atau tidak sesuai dengan pengalaman Anda
No
Saya suka....

No
Saya suka....

1.
Mendengar lagu di radio, CD, atau Hp

29.
Belajar musik, lagu atau memainkan instrumen


2.
Belajar seni rupa, seni lukis

30.
Selalu berada di rumah

3.
Membaca buku, komik, majalah

31.
Menulis surat, email, FB atau Twitter

4.
Bermain dan memelihara binatang

32.
Membuat pola, model, atau rumus

5.
Pelajaran IPA

33.
Mengamati gaya atau model pakaian, mobil, model rambut dll

6.
Merasakan jawaban yang benar dari sesuatu

34.
Mendaki gunung atau jalan-jalan

7.
Menari, senam atau sejenisnya

35.
Bersenandung dan bersiul-siul

8.
Sering bersama kawan-kawan

36.
Menghitung angka-angka

9.
Menonton musik video

37.
Bermain video games

10.
Bereksperimen mengunjungi museum IPA

38.
Berbicara via telepon atau sms

11.
Sepak bola, basket, badminton,dll

39.
Berakting drama komedi

12.
Menggambar, mengukir kaligrafi, mengecat, atau desain grafik

40.
Menulis, mencoret-coret, mengarang

13.
Melakukan sesuatu sendiri

41.
Bermain catur dan game di komputer

14.
Menolong oarang yang butuh

42.
Perhatikan sesuatu dilingkungan, pohon, bunga, burung, dll

15.
Mengingat lagu, rap, dan melodi

43.
Menceritakan perasaan ke orang lain.

16.
Menulis pikiran & perasaan sendiri dalam buku diari

44.
Pergi ke konser musik dan mendengar secara live.

17.
Menghafal kosakata baru

45.
Mengamati perubahan alam; hujan, dll

18.
Merenung, mengkaji dan memahami perasaan orang lain

46.
Bermain kata dan teka-teki

19.
Bekerja sendiri daripada dengan orang lain

47.
Bermain game komputer sendirian

20
Pergi kekebun binatang, taman, dan aquarium

48.
Mengatur berbagai kegiatan harian rumah dan sekolah

21.
Memotret, menciptakan gambar

49.
Memotret, menciptakan gambar

22.
Mengatur berbagai kegiatan harian rumah dan sekolah

50.
Merenung, mengkaji, & memahami perasaan sendiri

23.
Menata ruang atau taman

51.
Mondar-mandir ketika memikirkan sesuatu

24.
Menonton film tentang orang dan kehidupannya

52.
Memelihara lingkungan dan mendaur ulang

25.
Menaksir sesuatu dengan benar

53.
Menonton program sains pada saluran tertentu di TV

26.
Menghabiskan waktu untuk menulis & memikirkan tentang diri

54.
Seni bela diri, karate, bersepeda, dll

27.
Menyelesaikan persoalan yang masih misteri bagi semua orang

55.
Menulis kegiatan atau catatan harian

28.
Menjahit, pertukangan, atau model

56.
Menghabiskan waktu bersama orang lain dari pada sendirian

Kecerdasan
Skor
Verbal Linguistik

Logika Matematika

Spatial Visual

Musikal

Kinestetik

Interpersonal

Intrapersonal

Naturalis



Persentase Menurut Butir Pernyataan
Proporsi dalam 100%
Interaktif


Analitik


Introspektif


Domain yang dominan :
          Keterangan  :
Intrapersonal               : 13, 16, 18, 19, 26, 47, 50       Musikal                       : 1, 9, 15, 21, 29, 35, 44
Verbal Linguistik          : 3, 17, 31, 38, 40, 46, 55        Kinetetik                     : 6, 7, 11, 28, 39, 51, 54
Logika Matematika      : 5, 10, 25, 27, 36, 41, 53        Interpersonal              : 8, 14, 22, 24, 43, 48, 56
Spatial Visual               : 2, 12, 23, 32, 33, 37, 49        Naturalis                    : 4, 20, 30, 34, 42, 45, 52
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Jadi, dalam bahasa aslinya kecerdasan jamak dikenal dengan istilah Multiple Intellegence (MI). Ada juga yang menerjemahkannya sebagai kecerdasan majemuk. Kecerdasan jamak merupakan berbagai kemampuan yang dimiliki setiap individu dengan tingkatan yang berbeda-beda. Adapun tokoh yang mencetuskan teori kecerdasan jamak yang cukup terkenal adalah gagasan Dr. Howard Gardner yang cemerlang dan diberi judul The Mind’s New Science:  A History Of The Cognitive Revolution.
Dalam teori yang diajukan oleh Howard Gardner terdapat macam-macam kecerdasan jamak, diantaranya: 1) Kecerdasan linguistik (Verbal Linguistic Intelligence), 2) Kecerdasan logika-matematis (Logical mathematical Intelligence), 3) Kecerdasan visual-spasial (Visual spatial Intelligence), 4) Kecerdasan kinestik tubuh (Bodily-kinesthetic Intelligence), 5) Kecerdasan musikal (Musical), 6) Kecerdasan interpersonal (Interpersonal Intelligence), 7) Kecerdasan intrapersonal (Intrapersonal Intelligence), 8) Kecerdasan naturalis (Naturalist intelligence).

B.     Saran
Setelah kita mengetahui tentang keceradasan jamak, maka penulis memberikan saran kepada orangtua untuk memperhatikan kecerdasan jamak yang dimiliki anaknya. Adapun saran kepada guru  untuk menciptakan suasana belajar yang mengembangkan semua kecerdasan kepada anak didiknya.
Sekianlah makalah ini kami sampaikan, semoga pembaca dapat memberikan kritikan yang membangun guna untuk memperbaiki kecacatan dalam pembuatan makalah ini dan harapan kami agar para pembaca dapat mengambil pelajaran dari makalah tentang kecerdasan jamak ini.




DAFTAR PUSTAKA


Kurniawan, Asep. 2014. Pembelajaran dengan Kecerdasan Jamak, Jurnal Psikologi Pendidikan, Volume 1 No.2
Mardianto. 2017. Psikologi Pendidikan: Landasan Bagi Pengembangan Strategi Pembelajaran. Mendan. Perdana Publishing
Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta. Erlangga.
Syuffah, Ariani. 2007. Multiple Intelligence for Teaching. Bandung. Syaamil Cipta
Yaumi, Muhammad. 2013. Kecerdasan Jamak Mengidentifikasi dan Mengembangkan Multitalenta Anak. Jakarta. Kharisma Putra Utama


[1] Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Fakultas Tarbiyah lAIN Walisongo 2004), hal. 104.
[2] Ariyani Syurfah, Multiple lntelligencesfor Iskmic Teaching: Panduan Melejiikdn Kecerdasan Majemuk
Anak Meta/ui Pengajaran Islam, (Bandung: Syaamil Cipta Media, 2007), Hal.v
[3] Asep Kurniawan, Pembelajaran dengan Kecerdasan Jamak di Sekolah, Jurnal Psikologi Pendidikan (Volume 1. No.2, April 2014) Hal. 6-9
[4] John W. Santrock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 2007), Hal.323
[5] Mardianto, Psikologi Pendidikan: Landasan Bagi Pengembangan Strategi Pembelajaran, (Medan: Perdana Publishing, 2017), Hal. 128-136
[6] Muhammad Yaumi, Nurdin Ibrahim, Kecerdasan Jamak: Mengidentifikasi dan Mengembangkan Multitalenta Anak, (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2013). Hal.24
[7] Ibid. Hal. 25-28
[8] Ibid. Hal. 29-31

Tidak ada komentar:

Posting Komentar