Jumat, 17 Maret 2017

Makalah Pkn tentang Toleransi Umat Beragama

TOLERANSI UMAT BERAGAMA
Disampaikan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Disusun Oleh:
Linda Amalia Saragih
0310162023

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2016




BAB I
PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang.
Agama seringkali diposisikan sebagai salah satu sistem acuan nilai (system of referenced value) dalam keseluruhan sistem tindakan (system of action) yang mengarahkhan dan menentukan sikap dan tindakan umat beragama.[1]
            Memahami agama, tidak sebatas pada pemahaman secara formal, melainkan harus dipahami sebagai sebuah kepercayaan, sehingga akan bersikap toleran kepada pemeluk agama lain. Akan tetapi, bila seseorang hanya memahami agama secara formal saja maka ia akan memandang bahwa hanya agamanya saja yang mempunyai klaim kebenaran tunggal dan paling baik. Sementara itu agama lain dipandang telah mengalami reduksionisme (pengurangan), karena itu tidak benar dan kurang sempurna. Sikap ini memunculkan hegemoni agama formal sedemikian rupa sehingga agama lokal, agama suku ataupun agama kecil terpinggirkan oleh agama formal. Maka dari itu memahami agama hendaknya tidak hanya pada klaim kebenaran saja tetapi menginduksi dari interaksi sosial keagamaan antar umat beragama yang akan memunculkan sikap toleransi terhadap agama lain. Rasa kesadaranlah yang mampu memberikan solusi dalam diri manusia dalam kehidupan beragama. Jadi, saling butuhlah yang tidak mempermasalahkan suatu agama satu sama yang lain dan secara sosiologis masalah ini tidak terelakkan.[2]
Dalam masyarakat majemuk seperti di Sumatera Utara khususnya agama dapat menjadi faktor pemersatu bangsa, dan sekaligus pemicu konflik agama lebih sering merupakan manifestansi dari konflik sosial dengan simbol-simbol keagamaan untuk tujuan-tujuan tertentu.
Fenomena konflik dikalangan umat beragama dapat muncul dikarenakan emosi keagamaan yang berlenbihan, adanya rasa terancam antar satu dengan yang lainnya, adanya perpindahan antara agama, pendirian rumah ibadah yang kurang memenuhi syarat, dan lain sebagainya.[3]
B.                 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1.                  Kondisi kerukunan umat beragama di Indonesia saat ini kurang baik sejak kasus penistaan agama yang dilakukan oleh seorang aparat pemerintah.
2.                  Konflik agama terjadi karena kesalahpahaman antara kedua belah pihak.
3.                  Kepercayaan individu akan agama yang dianutnya adalah agama yang paling benar sehingga menyebabkan konflik.

C.                Rumusan Masalah
Untuk mengetahui tujuan riset mengenai Toleransi Umat Beragama di Indonesia saat ini, maka sebagai rumusan masalahnya adalah:
1.                  Bagaimanakah pendapat masing-masing umat beragama mengenai toleransi antar umat beragama di Indonesia ?
2.                  Apakah yang menjadi penyebab utama terjadinya pertikaian antar umat beragama ?

D.                Tujuan Pembahasan
Tujuan permasalahan riset mini ini adalah:
1.                  Untuk mengetahui pendapat masing-masing umat beragama mengenai toleransi antar umat beragama di Indonesia.
2.                  Untuk menegetahui sebab utama terjadinya pertikaian anatar umat beragama.





BAB II
KERANGKA TEORI
A.                Variabel X
Variabel X adalah variabel bebas yaitu variabel yang memberikan pengaruh terhadap variabel Yataupun disebut dengan faktor permasalahan pembahasan. Pada penelitian riset saya, adapun variabel bebas nya yaitu toleransi dalam menganut agama masing-masing. Toleransi diartikan memberikan tempat kepada pendapat yang berbeda. Pada saat bersamaan sikap menghargai pendapat yang berbeda itu disertai dengan sikap menahan diri atau sabar. Oleh karena itu di antara orang yang berbeda pendapat harus memperlihatkan sikap yang sama yaitu saling mengharagai dengan sikap yang sabar.
             Toleransi antar umat beragama adalah suatu kondisi sosial di mana semua golongan agama bisa hidup bersama tanpa mengurangi hak dasar masing-masing untuk melaksanakan kewajiban agamanya. Masing-masing hidup sebagai pemeluk agama yang baik dalam keadaan rukun dan damai. Karena itu toleransi antar umat beragama tidak mungkin akan lahir dari sikap fanatisme buta dan sikap tidak peduli atas hak keberagamaan dan perasaan orang lain. Tetapi ini tidak harus berarti bahwa toleransi antar umat beragama didasarkan pada sikap sinkretis, sebab justru akan menimbulkan kekacauan dan merusak nilai agama itu sendiri.

B.                 Variabel Y
Variabel Y adalah variabel terikat yaitu variabel yang di berikan pengaruh terhadap variabel X ataupun inti dari penelitian kita. Dalam riset ini adapun variabel Y (variabel terikat) adalah masyarakat Indonesia tekhusus didaerah Medan, Sumatera Utara. Di Indonesia sendiri khususnya Medan, Sumatera Utara toleransi antar umat beragama menurut para pemuka agama yang telah saya wawancarai sudah bisa dikatakan cukup bagus. Namun, kesalahpahaman dapat terjadi jika ada faktor lain yang mempengaruhi mereka. Setiap agama mengajarkan untuk hidup rukun dan saling menghargai perbedaan yang ada. Tetapi pengamalan yang mereka lakukan justru fanatik yang berlebihan terhadap agamanya masing-masing. Tugas umat beragama, bukanlah berusaha mengubah agama orang lain untuk mengikuti agama yang dianutnya. Jika ini menjadi landasannya, maka kerusuhan pasti akan timbul.
Di Indonesia, kehidupan beragama berkembang dengan subur. Pelaksanaan upacara-upacara keagamaan baik dalam bentuk ibadah maupun dalam bentuk peringatan tidak hanya terbatas rumah-rumah atau tempat-tempat resmi masing-masing agama, tapi juga pada tempat lain seperti di kantor-kantor dan di sekolah-sekolah. Di sini berlaku toleransi, yaitu berupa fasilitas atau izin mempergunakan tempat dari atasan (beragama lain) yang bersangkutan.



BAB III
METODELOGI RISET
A.    Pendekatan Penelitian.
Dalam penelitian ini, pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan berasal dari naskah wawancara langsung. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari generalisasi .
            Dalam penelitian yang kami lakukan, kualitatif yang saya maksud adalah kualitas dari jawaban yang telah saya terima dari pertanyaan yang saya paparkan pada saat melakukan wawancara kepada narasumber yaitu para pemuka agama.
B.     Latar Penelitian (Tempat)                 
Latar penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan, beserta jalan dan kotanya. Dalam penelitian ini, saya melakukan wawancara di empat (4) tempat peribadatan yaitu: Masjid, Gereja, Vihara, dan Kuil. Adapun alamatnya adalah; (1) Masjid Nurul Ikhlas Jln. Keramat, Lubuk Pakam, Deli Serdang, Sumatera Utara, (2) Gereja Batak Karo Protestan di Jln.Ahmad Dahlan, Lubuk Pakam, Deli Serdang, Sumatera Utara, (3)Vihara Maitreya Jln.Cemara Boulevard Utara No.8 Medan Estate, Percut Sei Tua, Deli Serdang, Sumatera Utara   (4) Kuil Sri Tandayudha Bani Kuil di Jln. Teuku Hasanuddin (Pasar 3) Lubuk Pakam, Deli Serdang, Sumatera Utara
  1.  Sumber Data
             Sumber data dalam penelitian yang saya lakukan berasal dari narasumber yang saya wawancarai. Narasumber yang saya waawncarai berasal dari orang-orang pemuka agama yaitu: (1) Ust. H. Luqman Hakim Siregar. Usia 66 tahun (2) Bapak Pendeta Boni Ginting. Usia 60 tahun. (3) Sad Agustin Ganesha Putra SPd.h Usia 28 tahun (4) Fiku Avhivaru. Usia 30 tahun.
D.    Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian, karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standart untuk memperoleh data yang diperlukan .
1.                  Wawancara
Tujuan penulis menggunakan metode ini untuk memperoleh data secara jelas dan konkrit tentang bagaimana keadaan sistem polotik dan pemerintahan di Indonesia. Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan wawancara dengan para pemuka agama.
2.                  Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah kumpulan data dengan meneliti catatan-catan penting yang sangat erat hubungannya dengan objek penelitian. Tujuan digunakan metode ini untuk memperoleh data secara jelas dan konkrit tentang bagaiman keadaan sistem polotik dan pemerintahan di Indonesia.

Hasil dokumentasi :




         
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A.                Temuan Lapangan
Teknik yang saya lakukan adalah teknik wawancara dan dokumentasi. Dengan mengajukan dua pertanyaan kepada masing-masing narasumber. Saya hanya mewawancarai empat pemuka agama sebagai sampel dari enam agama yang dimiliki di Indonesia. Karena ke enam agama di Indonesia merupakan pembagian dari dua agama yang ada. Sehingga saya beranggapan bahwa empat pemuka agama ini merupakan sampel dari enam agama yang dimiliki Indonesia.

a.                   Agama Islam.
Ustad.H. Luqman Hakim Siregar (66 tahun)
1.                  Bagaimana pendapat anda mengenai toleransi umat beragama di Indonesia?
Jawaban : Toleransi terbagi 2, yaitu: Ukhwaniyah dan Ubudiyah. Ubudiyah adalah toleransi yang tidak ada tawar-menawar masalah agama apapun masalahnya. Ukhwaniyah adalah tolaransi yang diperbolehkan dengan umat beragama non muslim yang masih sesuai dengan syariat Islam. Jika kita beragama Islam dan ingin bertoleransi kepada agama lain, ada yang diperbolehkan dan ada yang tidak. Contohnya yang tidak diperbolehkan adlah kita tidak boleh mengikuti acara religi agama lain walaupun teman dekat kita yang beraga non muslim mengajak kita. Contoh yang diperbolehkan adalah jika teman kita yang beragama non muslim meminjam sesuatu dari kita maka berilah. Misalnya kita ingin bersedekah, alangkah baiknya kita utamakan agama kita, Islam terlebih dahulu lalu jika memungkinkan memberi lagi, berilah yang non muslim.
2.                  Apakah yang menjadi penyebab utama terjadinya pertikaian antar umat beragama di Indonesia?
Jawaban : Setiap kejadian itu pasti ada yang bersifat mendukung dan ada yang bersifat tidak mendukung. Mengenai konflik agama itu yang menjadi penyebab utama adalah kesalahan individu, propokator juga menjadi pemicunya. Karena propokator ada yang berniat baik dan ada yang buruk. Mereka selalu mengambil kesempatan dalam kesempitan. Yang namanya manusia pasti ada yang bersifat pro dan ada yang kontra. Apapun masalah yang sedang terjadi.

b.                  Agama Kristen.
Bapak Boni Ginting
1.                  Bagaimana pendapat anda mengenai toleransi umat beragama di Indonesia?
Jawaban : Toleransi di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara itu menurut saya sudah baik walaupun didaerah lain kalau menurut saya agak kurang memadai sikap toleransinya. Kalau masalah di Tanjung Balai baik-baiknya orangnya. Meraka dapat dikatakan baik sikap toleransi antar agama satu dengan agama lainnya. Dan tiba-tiba terjadi konflik.  Menurut saya ini hanya karena adanya kesalahpahaman. Kalau masalah provokasi itu tergantung personalnya yang menanggapinya.
2.                  Apakah yang menjadi penyebab utama terjadinya pertikaian antar umat beragama ?
Jawaban : Yang menjadi penyebabnya terkadang itu adalah personal. Juga kalau masalah konflik antar umat beragama sepertinya ada sedikit unsur politik juga didalamnya tetapi memang lebih banyak personalnya yang menjadi penyebab masalah ini timbul. Terkadang mereka yang tidak tau apa-apa tentang agama tetapi seolah tau tentang agama dan menyebabkan kesalahpahaman ketika dia berbicara didepan umum. Sebagai seorang pemuka agama, kita harus membekali umat kita mengenai perbedaan dan memberikan pengertian kepada mereka bahwa Indonesia memiliki agama yang beragam. Masalah individunya mau mendengarkan atau tidak itu terserah mereka, biarkan masing-masing memilih jalannya sendiri yang menurutnya itu benar. Karena didalam UUD juga sudah ditetapkan tentang kebebasan beragama. Jadi kenapa kita harus berselisih antar agama yang kita anut dengan agama yang orang lain anut ? intinya kita harus menghargai orang terlebih dahulu lalu orang lain akan menghargai kita.

c.                   Agama Buddha.
Fiku Avhivaru (30 tahun)
1.                  Bagaimana pendapat anda mengenai toleransi umat beragama di Indonesia?
Jawaban : Tergantung daerahnya masing-masing. Seperti di kampung, orang-orang disana saling membantu bahkan dalam membangun tempat beribadatan. Kalau dikota sudah lumayan bagus, hanya saja sudah agak tergeser karena faktor teknologi.
2.                  Apakah yang menjadi penyebab utama terjadinya pertikaian antar umat beragama ?
Jawaban : Masalah konflik yang terjadi itu karena pemikiran yang hatinya tidak tenang. Dari individu yang tidak bisa melihat masalah secara jeli. Dan pemberitaan media yang terkadang melebih-lebihkan berita sehingga menimbulakan kesalahpahaman. Profokator bisa saja dikatakan sebagai penyebab utama terjadinya konflik tetapi itu kembali ke individunya lagi, jika seseorang yang di profokatif menanggapimya dengan hati yang tenang maka tidak akan terjadi konflik. Maka dari itu kita sebagai individu tidak boleh asal meng-klaim seseorang itu buruk. Kita sebagai manusia berhak bahagia.
d.                  Agama Hindu
Sad Agustin Ganesha Putra SPd.h (28 tahun)
1.                  Bagaimana pendapat anda mengenai toleransi umat beragama di Indonesia?
Jawaban : Toleransi di Sumatera Utara khususnya Medan sebenarnya sudah saling menghargai, contohnya seperti di Lubuk Pakam, ketika mereka umat non Hindu beribadah kami akan menghargainya. Dan yang saya lihat, mereka juga menghargai pada saat kami beribadah. Juga di sini tidak ada pernah terjadi cekcok dan tidak pernah terjadi perang antar umat beragama. Jika ada terjadi konflik sebaiknya FKUB yaitu Forum Konferensi Umat Beragam harusnya turun utuk meredam situasi. Jadi ketika ada masalah maka yang harus berkumpul terlebih dahulu adalah para pemuka agama dari setiap agama yang ada di Indonesia. Sehingga bisa diselesaikan tanpa ada yang harus memanasi.
2.                  Apakah yang menjadi penyebab utama terjadinya pertikaian antar umat beragama ?
Jawaban : Masalah konflik yang terjadi itu sebenarnya ada pihak ketiga yang salah menyampaikan informasi atau sengaja menghacurkan kita melalui media sosial. Terkadang disaat kedua belah pihak sedang terjadi cekcok, ada satu pihak datang memanas-manasi dan terjadilah konflik antar agama tersebut.
  1.  Pembahasan
            Secara umum kondisi kerukunan antarumat beragama di Sumatera Utara tetap kodusif dan terkendali. Kendatipun dibeberapa daerah terjadi insiden dan konflik yang segera mendapat perhatian dan penyelesaian karena konflik yang terjadi disini tidak sedahsyat didaerah lain yang ada di Indonesia. Namun, sebagian lagi dalam proses penyelesaian yang apabila dibiarkan dan tidak cepat dicarikan solusinya akan dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.[4]
Agama menjadi kekuatan nyata dalam proses pembangunan bangsa. Otoritas kepemimpinan keagamaan merupakan faktor yang ikut menentukan pola kesatuan dan kerukunan umat beragama. Dengan otoritas tersebut, para pemimpin agama beserta lembaga-lembaga keagamaannya menggarap masalah-masalah yang tidak terjangkau oleh tangan pemerintah. Adapun peranan para pemimpin dan tokoh agama dalam pembangunan antara lain sebagai berikut:
1. Menerjemahkan nilai-nilai dan norma-norma agama dalam kehidupan masyarakat;
2. Menerjemahkan gagasan-gagasan pembangunan ke dalam bahasa yang dimengerti oleh rakyat;
3. Memberikan pendapat, saran dan kritik yang sehat terhadap ide-ide dan cara-cara yang dilakukan untuk suksesnya pembangunan; dan
4. Mendorong dan membimbing masyarakat dan umat beragama untuk ikut serta dalam usaha pembangunan.[5]

  1. Solusi
Melihat kondisi toleransi antar umat beragama yang terjadi di Indonesia sekarang ini sebagai masyarakat yang beragama kita harus saling menghargai antara agama yang satu dengan agama yang lainnya dan saling menjaga perasaan agama lain agar tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat menimbulkan perang antar agama. Antara agama satu dengan agama yang lainnya yang berbeda pendapat hendaknya bisa saling memberikan tempat bagi pendapatnya. Masing-masing pendapat memperoleh hak untuk mengembangkan pendapatnya dan tidak saling menjegal satu sama lain.
Toleransi tidak berarti seseorang harus mengorbankan kepercayaan atau prinsip yang dianutnya. Toleransi harus dibedakan dari komfromisme, yaitu menerima apa saja yang dikatakan orang lain asal bisa menciptakan kedamaian dan kerukunan, atau saling memberi dan menerima demi terwujudnya kebersamaan.
Kita hanya perlu saling menghormati, menghargati, dan mencipatakan kerjasama antar umat beragama sehingga akan menimbulkan keharmonisan dalam suatu negara yang memiliki bermacamm-macam agama yang berbeda.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.                Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat kita simpulkan bahwa masyarakat Indonesia sudah dapat dikatakan bagus dalam hal bertoleransi antara umat beragama.
Toleransi adalah sikap lapang dada terhadap prinsip orang lain. Toleransi tidak berarti seseorang harus mengorbankan kepercayaan atau prinsip yang dianutnya. Tugas umat beragama, bukanlah berusaha mengubah agama orang lain untuk mengikuti agama yang dianutnya. Jika ini menjadi landasannya, maka kerusuhan pasti akan timbul. Menurut para pemuka agama yang sudah saya wawancarai yang terpenting dari bertoleransi itu adalah sikap kita menanggapi provokator yang ingin mengadu domba kita antara umat beragama. Sikap kita menanggapinya adalah dengan hati yang tenang agar tidak terjadi kesalahpahaman dan menjadikannya masalah besar.


B.                 Saran
Sebagai umat beragama dan sebagai warga negara Indonesia yang baik kita harus mampu saling menghargai satu sama lai, kita juga haru saling menghargai perbedaan. Di dalam ajaran setiap agama pasti mengajarkan tentang saling harga menghargai san saling sayang-menyayangi. Hubungan sosial keagamaan apabila dikelola dengan tepat, maka akan dapat menumbuhkan semangat kebersamaan dengan cara kerjasama. Tetapi sebaliknya, apabila tidak dikelola dengan tepat akan menjadi sumber perpecahan dan permusuhan dalam masyarakat. Maka dari itu sangat diperlukannya sikap saling menghargai satu sama lain, kerjasama harus diciptakan antara umat beragama dan saling menghormati antar pemeluk agama lain.


DAFTAR PUSTAKA
Daulay, Zailuddin. 2003. Riuh di Beranda Satu: Peta Kerukunan Umat Beragama di Indonesia. Jakarta : Paramadina
Usman, Fatimah. 2002. Wahdat Al-Adyan: Dialog Pluralisme Agama. Yogyakarta : LKIS
Pulungan, Abbas. 2013. Relasi Sosial Umat Beragama Di Sumatera Utara. Medan : IAIN Press
Taher, Tarmizi. 1998. Kerukunan Hidup Umat Beragama Dan Studi Agama-Agama.  Yogyakarta : LPKUB IAIN



[1] Zainuddin Daulay, Riuh di Beranda Satu: Peta Kerukunan Umat Beragama di Indonesia, (Jakarta: Depag, 2003), hlm. 61.
[2] Fatimah Usman, Wahdat Al-Adyan: Dialog Pluralisme Agama, (Yogyakarta: LKIS, 2002), hlm. 6.
[3]Abbas Pulungan ,Relasi Sosial Umat Beragama Di Sumatera Utara, (Medan: IAIN Press, 2013) hal.50
[4] Ahmad Khurodi dan Erik, Kejasama Umat Beragama dalam Al-Quran (Malang: UIN Maliki Press, 2011), hal. 46-47
[5] Tarmizi Taher, Kerukunan Hidup Umat Beragama Dan Studi Agama-Agama, (Yogyakarta : LPKUB IAIN Sunan Kalijaga, 1997)  hal.4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar