Sabtu, 01 April 2017

Keselamatan Kerja di Laboratorium





Makalah Kelompok
MAKALAH
KESELAMATAN KERJA
DI LABORATORIUM


Disampaikan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah
Teknik Laboratorium
Dosen Pembimbing : Syarifah Widya Ulfah, M.Pd


Disusun oleh :
Kelompok 7
Nama                    Linda Amalia Saragih (0310162023)
                                 Manna Nabila (0310161001)
                                 Sari Fatmawati (0310162047)
                                 Siti Rohana (0310161007)
                                 Sopia Adelina (0310163069)
Semester     :         I (Satu)


JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2016


KATA PENGANTAR
            Alhamdulillah. Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas diberikan-Nya petunjuk,  kekuatan, rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Ilmu Teknik Laboratorium ini. Adapun dalam penulisan makalah ini, materi yang akan dibahas adalah “Keselamatan Kerja di Dalam Laboratorium” sebagai alat pembelajaran bagi para pembaca agar lebih mendalami prosedur keselamatan kerja di dalam laboratorium.    
            Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini, khususnya kepada dosen pembimbing dan keluarga serta teman-teman yang kami sayangi.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat menambah wawasan kita dalam mempelajari pengertian pemerintahan, tanggung jawab dan wewenang pemerintah serta dapat digunakan sebagaimana mestinya dan bermanfaat untuk kita semua.

Medan, 14 Oktober 2016



                                                                                                Penulis







 
DAFTAR    ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C.Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Laboratorium
B. Fungsi Laboratorium
C. Keselamatan Kerja di Laboratorium
             a. Prinsip keselamatan kerja di dalam laboratorium
             b. Aturan umum dan tata tertib keselamatan kerja di laboratorium
             c.
Alat keselamatan kerja di laboratorium
             d. Mengeola bahan-bahan kimia
             e. Simbol bahaya di laboratorium
             f. Pembuangan limbah
             g. Penanganan kecelakaan

BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA




 


BAB 1
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang.
Keselamatan kerja di dalam laboratorium adalah prosedur-prosedur atau ketentuan-ketentuan yang ada di dalam laboratorium yang harus dipatuhi atau ditaati oleh siswa/mahasiswa agar selamat dalam melakukan praktikum.
Di dalam laboraturium pastinya memiliki prosedur-prosedur keselamatan kerja. Seperti alat keselamatan kerja harus selalu tersedia dan dalam kondisi yang baik, kotak p3k harus selalu ada di dalam laboratorium, dan alat-alat keselamatan yang lain yang dibutuhkan di dalam laboratorium harus sudah tersedia di dalam laboratorium
Dalam pelaksanaan teknik laboratorium kita harus mengetahui dan mematuhi segala ketentuan yang ada di laboratorium. Seperti tata tertib dan cara kerja labortarium serta kegunaan-keguaan alat-alat laboratorium. Kecelakaan saat kerja biasa terjadi walaupun kita telah bekerja dengan hati-hati. Hal yang paling utama adalah jangan panik dan ikuti prosedur penanganan kecelakaan yang baik dan benar. Untuk itu kita harus mengetahui prosedur-prosedur keselamatan kerja di dalam laboratorium.
  1. Rumusan Masalah.
  1. Bagaimanakah prosedur keselamatan kerja di dalam laboratorium ?
  2. Bagaimanakah aturan umum dan tata tertib di dalam laboratorium ?
  3. Apa saja alat keselamatan kerja di dalam laboratorium ?
  4. Bagaimanakah penanganan kecelakaan yang terjadi di laboratorium ?

  1. Tujuan.
  1. Untuk mengetahui prosedur keselamatan keselamatan kerja di laboratorium.
  2. Untuk mengetahui aturan umum dan tata tertib di laboratorium.
  3. Untuk mengetahui alat keselamatan kerja di laboratorium.
  4. Untuk mengetahui cara penanganan bila terjadi kecelakaan di laboratorium

BAB 2
PEMBAHASAN
  1. Pengertian Laboratorium.
Laboratorium adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan ilmiah. Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali. Laboratorium ilmiah biasanya dibedakan menurut disiplin ilmunya, misalnya laboratorium fisika, laboratorium kimia, laboratorium biokimia, laboratorium komputer, dan laboratorium bahasa. Sementara menurut Emha, laboratorium diartikan sebagai suatu tempat untuk mengadakan percobaan, penyelidikan, dan sebagainya yang berhubungan dengan ilmu fisika, kimia, dan biologi atau bidang ilmu lain. Pengertian lain menurut Sukarso, laboratorium ialah suatu tempat dimana dilakukan kegiatan kerja untuk mernghasilkan sesuatu. Tempat ini dapat merupakan suatu ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, misalnya kebun dan lain-lain.
Berdasarkan definisi tersebut, laboratorium adalah suatu tempat yang digunakan untuk melakukan percobaan maupun pelatihan yang berhubungan dengan ilmu fisika, biologi, dan kimia atau bidang ilmu lain, yang merupakan suatu ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka seperti kebun dan lain-lain. Laboratorium kimia merupakan tempat kerja yang memiliki banyak potensi bahaya. Ini meliputi larutan kimia, ledakan reaksi kimia, dan panas dari peralatan. Tak heran, orang yang bekerja di sebuah laboratorium kimia harus menggunakan peralatan pelindung diri (personal protective equipment). Laboratoriumnya juga harus dilengkapi dengan alat-alat keselamatan kerja.
  1. Fungsi Laboratotium.
Secara garis besar laboratorium dalam proses pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Sebagai tempat untuk berlatih mengembangkan keterampilan intelektual melalui kegiatan pengamatan, pencatatan dan pengkaji gejala-gejala alam.
2. Mengembangkan keterampilan motorik siswa/mahasiswa. Siswa/mahasiswa akan bertambah keterampilannya dalam mempergunakan alat-alat media yang tersedia untuk mencari dan menemukan kebenaran.
3. Memberikan dan memupuk keberanian untuk mencari hakekat kebenaran ilmiah dari sesuatu objek dalam lingkungn alam dan sosial.
4. Memupuk rasa ingin tahu siswa/mahasiswa sebagai modal sikap ilmiah seseorang calon ilmuan.
5. Membina rasa percaya diri sebagai akibat keterampilan dan pengetahuan atau penemuan yang diperolehnya.
  1. Keselamatan Kerja di Laboratorium.
Keselamatan kerja di laboratorium adalah keselamatan diri dari berbagai macam kecelakaan secara sengaja atau tidak sengaja yang dapat membahayakan diri dari berbagai macam bahan kimia, alat-alat tajam, dll. Menjaga keselamatan kerja di laboratorium bertujuan agar selama penelitian tidak terjadi kecelakaan. Keselamatan kerja di laboratorium merupakan upaya preventif dan pertolongan terhadap kecelakaan sebagai akibat dari desain, sistem, proses dan kegiatan di laboratorium.
Ruangan laboratorium yang memenuhi standar adalah salah satu faktor untuk menghindari kecelakaan kerja. Syarat tersebut meliputi kondisi ruangan, susunan ruangan, kelengkapan peralatan keselamatan, nomor telepon penting (pemadam kebakaran, petugas medis). Ruangan laboratorium yang memiliki sistem ventilasi yang baik. Proses keluar masuk udara yang stabil. Sirkulasi udara segar yang masuk ke dalam ruangan. Keduanya harus diperhatikan dengan baik. Semakin baik sirkulasi udara, maka kondisi laboratorium juga akan sehat. Seperti halnya rumah, sirkulasi udara berada pada posisi utama dan tidak dapat dikesampingkan begitu saja. Ruangan laboratorium harus ditata dengan rapi. Penempatan bahan kimia dan peralatan percobaan harus ditata dengan rapi supaya memudahkan untuk mencarinya. Bila perlu, berikan denah dan panduan penempatan bahan kimia di raknya supaya semakin memudahkan untuk mencari bahan kimia tertentu.
Alat keselamatan kerja harus selalu tersedia dan dalam kondisi yang baik. Terutama kotak  P3K dan alat pemadam api. Berikan juga nomor telepon penting seperti pemadam kebakaran dan petugas medis supaya saat terjadi kecelakaan yang cukup parah dapat ditangani dengan segera. Berikan juga lembaran tentang cara penggunaan alat pemadam api dan tata tertib laboratorium.
Laboratorium harus memiliki jalur evakuasi yang baik. Laboratorium setidaknya memiliki dua pintu keluar dengan jarak yang cukup jauh. Bahan kimia yang berbahaya harus ditempatkan di rak khusus dan pisahkan dua bahan kimia yang dapat menimbulkan ledakan bila bereaksi.
Adapun jenis resiko kecelakaan di laboratorium misalnya :
  • Luka goresan, injeksi, dll.
  • Pemaparan aerosol (biasanya diluar Biosafety Cabinet/BSC)
  • Tumpahan atau pecahan wadah biakan.
  • Kecelakaan sentrifus
  • Bencana alam, kebakaran dan banjir
  • Luka gigitan dan cakaran hewan coba
Berikut prosedur keselamatan kerja di Laboratorium;
  1. Prinsip keselamatan kerja di dalam laboratorium
  • Setiap laboratorium harus memiliki buku pedoman keselamatan kerja dan pedoman itu harus diikuti setiap saat dalam pekerjaan laboratorium.
  • Laboratorium harus memiliki kotak P3K
  • Di dalam laboratorium harus ada minimal seorang anggota staf yang terlatih dalam melakukan pertolongan pertama.
  • Laboratorium seharusnya merupakan tempat bekerja; jumlah pengunjung harus dibatasi.
  • Tidak boleh makan dan minum di dalam laboratorium.
  • Pakai peralatan pelindung diri selama di laboratorium antara lain :
1.      Kacamata/goggles keselamatan yang estetis dipakai dan  bertangkai. Pilih dan pastikan optik gelas pada kacamata dalam kondisi baik.
2.      Jas laboratorium.
3.      Gunakan pelindung muka pada waktu bekerja untuk bahan yang mudah meledak dan sangat berbahaya.
4.      Pakai celana panjang.
5.      Pakai sepatu tertutup sampai mata kaki
6.      Masker atau dengan Respirators yang bisa digunakan saat bekerja dengan gas yang korosif dan beracun.
7.      Sarung tangan/Gloves
8.      Pelindung telinga
  • Anggaplah selalu bahwa semua spesimen laboratorium berpotensi menjadi infeksius sehingga tanganilah dengan hati-hati; gunakan sarung tangan.
  • Letakkan semua spesimen dengan aman, di meja atau rak, untuk mencegah tumpahnya atau pecahnya spesimen.
  • Hati-hati ketika mengambil dan memproses sampel darah karena sampel darah tersebut dapat mengandung agen infektif (mis., virus hepatitis B, parasit, dU.).
  • Jangan sampai Anda terkontaminasi dengan spesimen apa pun.
  • Jangan memipet darah atau cairan tubuh lain atau reagen apa pun menggunakan mulut. Selalu menggunakan pipette filler.
  • Bungkus semua potongan spesimen/jaringan dengan pembungkus kedap air (plester).
  • Buang jarum dan lanset sehabis dipakai ke dalam wadah sampah "tajam". (Wadah sampah "tajam" ini dapat dibuat dari boto1 plastik dengan tutup berulir yang dilubangi). Setelah terisi penuh, wadah sampah tersebut harus di-autoclave atau direndam dalam disinfektan sebelum dibakar atau dikubur di 1ubang yang dalam
  • Tutup setiap tumpahan spesimen atau tabung kultur yang pecah dengan kain yang dibasahi disinfektan dan biarkan selama 30 menit. Selanjutnya, gunakan sikat atau 1embaran kardus untuk membuangnya ke dalam wadah peralatan sekali pakai.
  • Setelah semua pekerjaan selesai, bersihkan meja dengan kain yang dibasahi disinfektan. Cuci tangan Anda dengan benar setelah menangani bahan-bahan infektif dan sebelum meninggalkan laboratorium.
  • Spesimen dapat dibuang dalam kardus atau pot plastik yang dapat dihancurkan (feses, sputum)
  • Selalu memberi label/keterangan pada tempat penyimpanan bahan kimia.
  • Wadah sekali pakai tidak boleh digunakan kembali. Tidak menggunakan bekas tempat pengemasan makanan/minuman untuk menyimpan bahan kimia.
  • Jangan bereksperimen diluar Standard Operating Procedure (SOP).
  1. Aturan umum dan tata tertib keselamatan kerja di laboratorium
  • Dilarang mengambil atau membawa keluar alat-alat serta bahan dalam laboratorium tanpa seizin petugas laboratorium.
  • Orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk ke laboratorium. Hal ini untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
  • Gunakan alat dan bahan sesuai dengan petunjuk praktikum yang diberikan.
  • Jangan melakukan eksperimen sebelum mengetahui informasi mengenai bahaya bahan kimia, alat-alat, dan cara pemakaiannya.
  • Bertanyalah jika Anda merasa ragu atau tidak mengerti saat melakukan percobaan.
  • Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.
  • Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam kebakaran, eye shower, respirator, dan alat keselamatan kerja yang lainnya.
  • Jika terjadi kerusakan atau kecelakaan, sebaiknya segera melaporkannya ke petugas laboratorium.
  • Berhati-hatilah bila bekerja dengan asam kuat reagen korosif, reagen-reagen yang volatil dan mudah terbakar.
  • Setiap pekerja di laboratorium harus mengetahui cara memberi pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).
  • Buanglah sampah pada tempatnya.
  • Usahakan untuk tidak sendirian di ruang laboratorium. Supaya bila terjadi kecelakaan dapat dibantu dengan segera.
  • Jangan bermain-main di dalam ruangan laboratorium.
  • Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik.
  • Dilarang merokok, makan, dan minum di laboratorium.
  1. Alat keselamatan kerja di laboratorium
Di dalam ruang laboratorium harus sudah tersedia seluruh alat keselamatan kerja supaya saat terjadi kecelakaan atau darurat, itu bisa diatasi dengan cepat. Berikut adalah alat-alat keselamatan kerja yang ada di laboratorium. Pastikan semuanya tersedia dan Anda tahu dimana letaknya.
No
Nama & Gambar Alat
Keterangan
1
Fire extinguisher
Sering disebut APAR atau Alat Pemadam Api Ringan merupakan alat pemadam kebakaran yang mudah untuk dibawa dan dapat dioperasikan satu orang. yang dilengkapi Alat Pengukur Tekanan (Pressure Gauge) yang berfungsi untuk menunjukkan tekanan pada tabung. Hal tersebut dapat membantu memudahkan kita untuk dapat mengontrol kinerja dari tabung pemadam. Untuk ukurannya Alat Pemadam Api Ringan memiliki berat dari 1-9Kg. Khusus untuk Tabung Pemadam Api berisi Carbon Dioxide memiliki berat 2-7Kg (Standar).
Ada tiga Alat Pemadam Api Ringan seperti:
– Foam
– Dry Chemical Powder
– CO2 (Carbon Dioxide)




2
Hidrant

Sebagai salah satu sumber air apabila terjadi kebakaran di laboratorium. Hydrant ada 2 jenis yaitu hydrant box dan hydrant pilar. Di laboratorium Hydrant yang sering digunakan adalah Hydrant Box. Hydrant Box atau Hydrant gedung adalah suatu sistem pencegah kebakaran yang menggunakan pasokan air dan dipasang di dalam bangunan atau gedung dan untuk menentukan jumlah dan titik hydrant gedung menggunakan acuan Standart National Indonesia (SNI).




3
Eye washer


Alat pembilas mata yang berfungsi untuk meredam pengaruh bahan berbahaya dan mencegah cidera yang semakin parah karena pemakaian air pembilas yang salah pada mata.







4
Water shower/ Emergency Shower

Digunakan dalam keadaan darurat, jika seseoranga mengalami kecelakaan di laboratorium maupun tempat kerja. Kecelakaan yang dialami dapat berupa terbakarnya pakaian atau anggota tubuh, maupun kecelakaan yang diakibatkan oleh bahan-bahan kimia.
Penempatan emergency shower ini biasanya berada pada pintu keluar, serta tidak ada halangan apapun untuk menuju shower ini, sehingga pertolongan cepat dilakukan.









5
Kotak P3K


Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan. Upaya pertolongan tersebut ditujukan untuk mengurangi rasa sakit, menghambat kemungkinan dan keadaan yang membuat korban semakin parah, memberikan jaminan keselamatan sementara terhadap jiwa korban dan sebagainya.
Ø  Untuk kotak P3K bisa dilengkapi dengan :
   1. Obat luar
       - Salep levertran (untuk luka bakar)
       - Revanol
       - Betadin
       - Handyplash
    2. Obat ringan
       - Obat-obat anti histamin
       - Norit              
    3. Plester Pembalut
        Ukuran kecil, sedang, besar
    4. Kapas, kasa steril
6
Tandu

Tandu ialah sebuah alat yang dibuat untuk mengevakuasi korban dari tempat kejadian ketempat yang lebih aman atau rujukan.
Adapun rujukan dapat di artikan sebagai tempat dimana korban harus dirawat, misalnya rumah sakit, puskesmas, ataupun tempat yang dimana korban layak untuk dirawat/ tempat yang lebih aman.
7
Spill kits

Spill kit adalah kit atau seperangkat alat yang digunakan untuk menangani jika terjadi tumpahan bahan-bahan berbahaya seperti bahan kimia, bahan infeksius, logam berat atau minyak agar tidak membahayakan penghuni dan lingkungan sekitarnya.




8
Desinfektan dan peralatan pembersih

Didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya
9
Pita demarkasi


Pita Pembatas daerah berbahaya digunakan sementara, untuk mengidentifikasi adanya bahaya keselamatan, atau menentukan sebuah daerah yang tidak boleh dimasuki.
-Kuning dan Hitam:
Awas: Daerah boleh dimasuki tetapi gunakan peringatan / perhatian

-Merah dan Putih:
Bahaya sehingga tidak diperkenankan masuk / lewat







Adapun alat keselamatan kerja lainnya yaitu alat pelindung diri (APD) yang biasa disebut juga dengan PPE (Personal Protective Equipment) . Secara sederhana yang dimaksud dengan Alat Pelindung Diri (APD) adalah “seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja”. APD tidaklah secara sempurna dapat melindungi tubuhnya, tetapi akan dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi. Pengendalian ini sebaiknya tetap dipadukan dan sebagai pelengkap pengendalian teknis maupun pengendalian administratif. APD harus dipilih dengan seksama sesuai tingkat resiko tempat kerja.


Berdasarkan ketentuan Balai Hiperkes, syarat-syarat Alat Pelindung Diri (APD) adalah :
  1. APD harus dapat memberikan perlindungan yang kuat terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya yang dihadapi oleh pekerja.
  2. Bobot seringan mungkin dan tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.
  3. Alat harus dapat dipakai secara fleksibe. 
  4. Bentuknya harus cukup menari. 
  5. Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama. 
  6. Alat tidak menimbulkan bahaya tambahan bagi pemakainya karena bentuk atau karena salah dalam menggunakannya. 
  7. Sudah sesuai dengan standar yang telah ada. 
  8. Alat tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya. 
  9. Suku cadang mudah didapat untuk mempermudah pemeliharaannya. 
d.      Mengeola bahan-bahan kimia
Sebelum memindahkan bahan kimia, hal yang harus dilakukan adalah mengetahui segala informasi tentang bahan kimia yang akan digunakan. Seperti cara membawa, bahaya yang ditimbulkan, dll. Pindahkanlah sesuai kebutuhan dan jangan berlebihan. Bila ada sisa bahan kimia, jangan dikembalikan ke tempatnya semula karena dapat menyebabkan kontaminasi pada bahan kimia.Untuk memindahkan bahan kimia yang berwujud cair, pindahkan dengan menggunakan batang pengaduk atau pipet tetes. Hindari percikan karena bisa menyebabkan iritasi pada kulit. Jangan menaruh tutup botol diatas meja supaya tutup botol tidak kotor oleh kotoran di atas meja.Untuk memindahkan bahan kimia yang berwujud padat, gunakan sendok atau alat lain yang tidak terbuat dari logam. Hindari menggunakan satu sendok untuk mengambil beberapa jenis zat kimia supaya terhindar dari kontaminasi.
Beberapa cara untuk menghindari kecelakaan terhadap penggunaan bahan kimia antara lain adalah sebagai berikut:
  1. gunakan spatula untuk mengambil bahan kimia yang bentuknya padat. Hindari kontak langsung dengan tangan.
  2. bacalah label pada wadah dan pastikan pengambilan bahan kimia sesuai kebutuhan.
  3. perhatikan cara memindahkan bahan kimia dari wadah satu ke wadah lain. Misalnya, pada saat mengambil bahan kimia dengan pipet tetes jangan sampai tumpah.
  4. pastikan selalu memakai kaca mata pengaman dalam kegiatan.
  5. untuk perempuan berambut panjang, ikatlah rambut ketika memanaskan zat kimia.
  6. jangan menghirup secara langsung bahan kimia yang akan digunakan. Kalau ingin menghirup bahan kimia, kipas-kipaslah secara perlahan ke arah hidung.
  7. jangan megembalikan zat sisa hasil kegiatan ke dalam botol stok.
e.      Simbol bahaya di laboratorium
Simbol bahaya adalah simbol yang dirancang untuk memperingatkan tentang bahan berbahaya, lokasi, atau benda, termasuk arus listrik, racun, dan hal-hal lain. Penggunaan simbol-simbol bahaya sering diatur oleh hukum dan diarahkan oleh organisasi standar. Simbol bahaya adalah piktogram dengan tanda hitam pada latar belakang oranye, kategori bahaya untuk bahan dan formulasi ditandai dengan simbol bahaya, yang terbagi dalam ;
  1. Resiko kebakaran dan ledakan (sifat fisika-kimia)
  2. Resiko kesehatan (sifat toksikologi) atau
  3. Kombinasi dari keduanya.
Di dalam laboratorium, sebelum memulai praktek mahasiswa diwajibkan untuk mengenali dan memahami masing-masing makna dari simbol-simbol tanda bahaya yang ada di laboratorium agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang menyebabkan kecelakaan di laboratorium.
Adapun simbol-simbol yang harus diperhatikan dan dipahami supaya kita mengetahui bahaya yang ada pada suatu benda atau zat kimia sebagai berikut :



No
Simbol & Nama
Huruf
kode
Keterangan
Contoh
Keamanan
1
Explosive (bersifat mudah meledak)

Sifatnya dapat meledak dengan adanya panas, percikan bunga api, guncangan atau gesekan



E
Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi keras dari bahan. Energi tinggi dilepaskan dengan  propagasi gelombang udara yang bergerak sangat cepat. Di laboratorium, campuran senyawa pengoksidasi kuat dengan bahan mudah terbakar/ bahan pereduksi dapat meledak.
Asam nitrat  dapat menimbulkan ledakan jika bereaksi dengan beberapa solven seperti aseton, dietil eter, etanol, dll. Contoh yang lain KClO3, NH4NO3,
C6H2(NO2)3CH3
Hindari pukulan/ benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain
2
Oxidizing (pengoksidasi)

Bersifat pengoksidasi, dapat menyebabkan kebakaran dengan menghasilkan panas saat kontak dengan bahan organik, bahan pereduksi, dll.







O
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya oxidizing biasanya tidak mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah terbakar atau bahan sangat mudah terbakar mereka dapat meningkatkan resiko kebakaran secara signifikan.
Kalium klorat (KCLO3), Kalium permanganat (KMnO4), Hidrogen peroksida (H2O2), Asam nitrat (HNO3) pekat, dan K2Cr2O7.
Hindari panas serta bahan mudah terbakar dan reduktor.
3
Extremely flammable (amat sangat mudah terbakar)





F
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya. EXTREMELY FLAMMABLE  merupakan likuid yang memiliki titik nyala sangat rendah (di bawah 0o C) dan titik didih rendah dengan titik didih awal (di bawah +35oC).







Contoh bahan dengan sifat  tersebut adalah dietil eter (cairan) dan propane (gas)
Hindari campuran dengan udara dan hindari sumber api.
4
Highly flammable
(sangat mudah terbakar)





F+
Bahan dan formulasi ditandai dengan notasi bahaya HIGHLY FLAMMABLE adalah subyek untuk self-heating dan penyalaan di bawah kondisi atmosferik biasa, atau mereka mempunyai titik nyala rendah (di bawah +21oC).



Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya aseton dan logam natrium, yang sering digunakan di laboratorium sebagai solven dan agen pengering.
Hindari dari sumber api, api terbuka dan loncatan api, serta hindari pengaruh pada kelembaban tertentu.
5
Flammable Solid 
( padatan mudah terbakar)


Padatan yang mudah terbakar didefinisikan sebagai padatan yang memenuhi salah satu syarat: Merupakan bahan peledak basah, Merupakan zat yang dapat bereaksi sendiri, karena tidak stabil terhadap panas dan terdekomposisi menghasilkan panas (walaupun tanpa oksigen dari udara)
Bahan yang bereaksi dengan air dan menimbulkan panas serta api (pyrophoric material) adalah suatu cairan atau padatan (banyak atau sedikit jumlahnya) yang dalam 5 (lima) menit berada di udara bebas tanpa disulut api dapat terbakar (menimbulkan api) dengan sendirinya.


Hindari panas atau bahan mudah terbakar dan reduktor serta hindari kontak dengan air apabila bereaksi dengan air dan menimbulkan panas serta api.
6
Toxic (beracun)












T
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya TOXIC dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui mulut (ingestion),atau kontak dengan kulit.


Contoh bahan dengan sifat yang beracun misalnya solven-solven seperti metanol (toksik) dan benzene (toksik, karsinogenik). karbon tetraklorida (CCl4), Hidrogen sulfida (H2S), Benzena (C6H6)
Hindari Kontak atau masuk kedalam tubuh, segera berobat kedokter bila kemungkinan keracunan.
7
Harmful (berbahaya) 

Bahan kimia dapat menyebabkan iritasi, luka bakar pada kulit, berlendir, mengganggu sistem pernafasan bila kontak dengan kulit, dihirup atau ditelan





Xn
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya HARMFUL memiliki resiko merusak kesehatan sedang  jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut(ingestion), atau kontak dengan kulit.

Contoh bahan yang memiliki sifat tersebut misalnya solven 1,2-etane-1,2-diol atau etilen glikol (berbahaya), diklorometan (berbahaya, dicurigai karsinogenik). NaOH, C6H5OH, Cl2
Hindari kontak dengan tubuh atau hindari penghirupan, segera berobat jika terkena bahan.
8
Corrosive (korosif)






C
Bahan dan formulasi dengan notasi CORROSIVE adalah merusak jaringan hidup. Jika suatu bahan merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat ini dapat diprediksi karena karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH <2) dan basa (pH>11,5), ditandai sebagai bahan korosif
Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya asam mineral seperti HCl dan H2SO4maupun basa seperti larutan NaOH (>2%).
Hindari kontaminasi pernafasan, kontak dengan kulit dan mata

Simbol-simbol di atas harus diketahui terlebih dahulu sebelum memulai praktik di dalam lanoratorium agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan dalam menggunakan alat-alat laboratorium maupun dalam menggunakan cairan kimia yang berbahaya.

  1. Pembuangan Limbah
Seperti yang kita ketahui bahwa limbah dapat mencemari lingkungan. Maka dari itu, kita perlu menangani limbah tersebut dengan tepat. Untuk limbah kimia hendaknya dibuang di tempat khusus karena beberapa jenis zat kimia sangat berbahaya bagi lingkungan. Buang segera limbah sehabis melakukan percobaan. Sementara limbah lainnya seperti kertas, korek api, dan lainnya dibuang di tempat sampah. Sebaiknya pisahkan limbah organik dan non-organik supaya pengolahan sampahnya lebih mudah.
Petunjuk pelaksanaan pembuangan limbah di laboratorium:
1.      Setiap limbah baik itu karena rusak, purging, kadaluarsa, maupun sisa hasil proses yang tidak digunakan lagi harus dibuang pada saluran khusus yang telah disiapkan untuk itu.
2.      Jika limbah Bahan Kimia tersebut ASAM dan BASA yang berbahaya harus dinetralkan terlebih dahulu sebelum dibuang, sedangkan untuk zat-zat logam berbahaya harus diendapkan dahulu hingga buangan betul-betul aman.
3.      Limbah berupa hasil sisa GAS yang mudah terbakar dalam jumlah besar harus dibakar dengan cara yang terkendali.
4.      Semua wadah/kemasan bekas Bahan Kimia Berbahaya harus dibakar/ditanam sesuai petunjuk pejabat yang berwenang untuk itu.
5.      Membuang limbah berbahaya dengan cara manual harus menggunakan APD yang sesuai. Hati-hati terhadap bahaya percikan, jatuh, terpeleset, maupun tersiram.

g.      Penanganan Kecelakaan

Kecelakaan saat kerja biasa terjadi walaupun kita telah bekerja dengan hati-hati. Hal yang paling utama adalah jangan panik dan ikuti prosedur penanganan kecelakaan yang baik dan benar. Cari bantuan petugas laboratorium untuk membantu. Bila perlu, panggil petugas medis atau pemadam kebakaran.
Jenis-jenis bahaya yang sering menimbulkan kecelakaan dalam laboratorium biologi adalah :
1.     Keracunan
Keracunan sebagai akibat penyerapan bahan-bahan kimia beracun atau toksik, seperti ammonia, karbon monoksida, benzene, kloroform, dan sebagainya. Keracunan dapat berakibat fatal ataupun gangguan kesehatan. Yang terakhir adalah yang lebih seringterjadi baik yang dapat diketahui dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pengaruh jangka panjang seperti pada penyakit hati, kanker, dan asbestois, adalah akibat akumulasi penyerapan bahan kimia toksik dalam jumlah kecil tetapi terus-menerus.
Pertolongan pertama pada kecelakaan keracunan bahan kimia sebaiknya dilakukan jika dokter belum juga tiba di lokasi keracunan tersebut. Adapun cara mengatasi keracunan bahan kimia sebagai awal adalah pencegahan kontak bahan kimia dengan tubuh secepat mungkin. Langkah-langkah untuk melakukannya adalah sebagai berikut:
  • Cucilah bahan kimia yang masih kontak dengan tubuh (kulit, mata dan organ tubuh lainnya)
  • Usahakan penderita keracunan tidak kedinginan.
  • Jangan memberikan minuman beralkohol kepada penderita karena akan mempercepat penyerapan racun di dalam tubuh
  • Jika sukar bernafas, bantu dengan pernafasan dari mulut ke mulut
  • Segera bawa ke rumah sakit
Cara mengatasi keracunan bahan kimia juga dapat dilakukan dengan beberapa langkah lain jika bahan kimia racun tersebut masuk melalui mulut, kulit atau keracunan akibat adanya gas yang beracum beredar di sekeliling kita.
Cara mengatasi keracunan bahan kimia jika bahan racun masuk melalui mulut :
  • Berilah minum berupa air atau susu 2 hingga 4 gelas.
  • Jika korban keracunan sedang dalam keadaan pingsan, jangan memasukkan sesuatu (berupa makanan/minuman) melalui mulutnya
  • Masukkan jari telunjuk ke dalam mulut korban sambil menggerak-gerakkan jari di bagian pangkal lidah dengan tujuan agar si korban muntah
  • Jangan melakukan poin di atas jika korban keracunan minyak tanah, bensin, alkali atau asam
  • Berilah 1 sendok antidote dan segelas air hangat kepada korban Antidote itu dalam keadaan serbuk dan terbuat dari 2 bagian arang aktif, 1 bagian magnesium oksida dan 1 bagian asam tannat.
Cara mengatasi keracunan bahan kimia jika bahan racun melalui kulit :
  • Cucilah bagian tubuh yang terkena dengan air bersih sedikitnya selama 15 menit.
  • Lepaskan pakaian yang terkena bahan kimia
  • Jangan mengoleskan minyak, mentega atau pasta natrium bikarbonat, kecuali untuk keracunan yang lebih tinggi/tertentu lainnya
Cara mengatasi keracunan bahan kimia jika bahan racun berupa gas :
Untuk keracunan bahan kimia berupa gas maka sebaiknya memberikan udara segar sebaik-baiknya. Dan untuk pencegahan keracunan bahan kimia berupa gas sebaiknya sejak awal menggunakan masker. Sebab gas berupa klorin, hidrogen sulfida, fosgen, hidrogen sianida adalah bahan kimia gas yang sangat beracun.
Jadi, sebelum bekerja dengan bahan kimia, sebaiknya harus mengetahu lebih dahulu cara mengatasi keracunan bahan kimia tersebut untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
2.     Luka Bakar
Kebakaran dan luka bakar sebagai akibat kurang hati-hati dalam menangani pelarut-pelarut organik yang mudah terbakar seperti eter, aseton, alkohol, dan sebagainya. Hal yang sama dapat diakibatkan oleh peledakan bahan-bahan reaktif seperti peroksida dan perklorat.
Pertolongan Pertama pada Luka Bakar adalah :
Bila mungkin segera bawa korban ke rumah sakit, apabila tidak mungkin dilakukan rendam bagian tubuh yg terbakar dalam wadah berisi air dingin
Apabila luka bakar luas atau derajat berat dilakukan
  • Jangan tarik/menarik pakaian yang melekat di luka
  • Jangan memberi minyak gosok, pelumas, odol atau antiseptic
  • Jangan memecah lepuh
  • Jangan menolong sendiri, kirim ke rumah sakit
  • Bila korban sadar berikan minum larutan garam (1/4 sendok teh tiap gelas 200cc), berikan satu gelas tiap jam.

Luka bakar akibat zat kimia :
Terkena larutan asam
  1. kulit segera dihapuskan dengan kapas atau lap halus 
  2. dicuci dengan air mengalir sebanyak-banyaknya 
  3. Selanjutnya cuci dengan 1% Na2CO3
  4. kemudian cuci lagi dengan air 
  5. Keringkan dan olesi dengan salep levertran.
 Terkena logam natrium atau kalium
  1. Logam yang nempel segera diambil 
  2. Kulit dicuci dengan air mengalir kira-kira selama 15-20 menit 
  3. Netralkan dengan larutan 1% asam asetat 
  4. Dikeringkan dan olesi dengan salep levertran atau luka ditutup dengan kapas steril atau kapas yang telah dibasahi asam pikrat.
Terkena bromin
  1. Segera dicuci dengan larutan amonia encer 
  2.  Luka tersebut ditutup dengan pasta Na2CO3 
 Terkena phospor  
  1. Kulit yang terkena segera dicuci dengan air sebanyak-banyaknya 
  2. Kemudian cuci dengan larutan 3% CuSO4.
Luka bakar akibat benda panas
  1. Diolesi dengan salep minyak ikan atau levertran 
  2. Mencelupkan ke dalam air es secepat mungkin atau dikompres sampai rasa nyeri agak berkurang.
3.     Luka Kulit
Luka kulit sebagai akibat bekerja dengan gelas atau kaca ataupun karena tertusuk benda tajam luka sering terjadi padatangan atau mata karena pecahan kaca.
                        Pertolongan pertama pada luka karena tertusuk benda tajam
  • Cabut benda tersebut dengan hati-hati
  • Dekontaminasi luka
  • Desinfeksi luka
  • Beri obat pada luka
  • Beri pembalut pada luka agar tidak terkontaminasi
  • Laporkan pada petugas
  • Jika luka terlalu parah cari pertolongan medis

4.     Kebakaran
Kebakaran dapat terjadi apabila suatu rekasi kimia antara bahan dengan oksigen yang menghasilkan energi berupa panas dan cahaya (api). Panas akan merambat ke sekelilingnya yang selanjutnya akan mempercepat pula kebakaran.
Berikut ini jenis-jenis kebakaran berdasarkan cara penanganannya :
  • Jenis A merupakan jenis kebakaran yang melibatkan bahan-bahan “biasa” yang mudah terbakar seperti kayu, kertas, karet dan plastik (mengandung karbon). Untuk mengatasinya digunakan alat pemadam kebakaran air, serbuk kering atau selimut api. Jangan menggunakan air jika resiko bahaya listrik.
  • Jenis B merupakan jenis kebakaran yang melibatkan bahan yang mudah terbakar, meliputi cairan, seperti minyak tanah, bensin, alkohol. Untuk mengatasinya gunakan pemadam kebakaran jenis busa, cairan yang mudah menguap, karbon dioksida, serbuk kering, selimut api atau pasir. Jangan menggunakan busa bila ada kemungkinan resiko bahaya listrik, dan jangan sekali-sekali menggunakan air.
  • Jenis C bahan yang terbakar meliputi gas, misalnya metana, propana, acetilen, dan butana.Untuk mengatasinya menutup zat yang dapat menimbulkan gas yang mudah terbakar tersebut, dan dapat menggunakan pemadam kebakaran jenis BCF.
  • Jenis D kebakaran berasal dari logam (metal) yang mudah terbakar seperti natrium, kalium, dan magnesium. Untuk cara mengatasinya dengan menggunakan pasir atau selimut api.

5.     Sengatan listrik
Terkena sengatan listrik atau kesetrum sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kematian seketika. Arus listrik yang melewati tubuh akan merusakkan jaringan tubuh seperti saraf, otot, serta dapat mengacaukan kerja jantung. Pada korban tersengat (kesetrum) listrik korban sering kali jatuh pingsan, mengalami henti napas, denyut jantung tak teratur atau bisa jadi malah berhenti sama sekali, dan mengalami luka bakar yang luas.
Berikut ini yang harus anda lakukan untuk menangani korban yang tersengat listrik adalah :
·         Lihat keadaan sekitar dan kondisi korban
Perhatikan terlebih dahulu kondisi si korban dan sekitarnya. Lihat apakah korban masih terhubung dengan aliran listrik atau tidak. Jangan terburu-buru langsung menyentuh atau memegang si korban. Jika korban masih terhubung dengan listrik, bisa jadi kita akan ikut kesetrum, walhasil kita jadi ikut menjadi korban.
·         Matikan sumber lisrik
Cari sumber listriknya dan matikan. Jika tidak bisa, singkirkan sumber listrik dari tubuh korban menggunakan benda yang tidak mengantarkan listrik, semisal kayu, plastik, atau karet.
·         Pindahkan korban
Jika lokasi kejadian tidak aman, pindahkan korban ke tempat lain, lalu segera bawa korban ke pusat layanan medis terdekat. Bisa juga dengan menghubungi nomor darurat agar si korban dijemput.
·         Lakukan perawatan
Sambil menuju atau menunggu bantuan medis datang, baringkan korban dalam posisi telentang. Posisi kaki diatur agar lebih tinggi dari kepala untuk mencegah terjadinya shock. Periksa pula pernapasan dan denyut jantungnya. Jika jantung atau napas korban terhenti, Anda bisa melakukan tindakan cardio pulmonal resuscitation (CPR), dengan catatan Anda menguasai teknik ini.


BAB 3
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Keselamatan kerja di laboratorium adalah keselamatan diri dari berbagai macam kecelakaan secara sengaja atau tidak sengaja yang dapat membahayakan diri dari berbagai macam bahan kimia, alat-alat tajam, dll. Menjaga keselamatan kerja di laboratorium bertujuan agar selama penelitian tidak terjadi kecelakaan. Keselamatan kerja di laboratorium merupakan upaya preventif dan pertolongan terhadap kecelakaan sebagai akibat dari desain, sistem, proses dan kegiatan di laboratorium.
Aturan umum dan tata tertib kerja di Laboratorium antara lain: Dilarang mengambil atau membawa keluar alat-alat serta bahan dalam laboratorium tanpa seizin petugas laboratorium.Orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk ke laboratorium. Hal ini untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.Gunakan alat dan bahan sesuai dengan petunjuk praktikum yang diberikan, dan lain-lain.
Di dalam ruang laboratorium harus sudah tersedia seluruh alat keselamatan kerja supaya saat terjadi kecelakaan atau darurat, itu bisa diatasi dengan cepat. Berikut adalah alat-alat keselamatan kerja yang ada di laboratorium. Pastikan semuanya tersedia dan Anda tahu dimana letaknya. Kecelakaan saat kerja biasa terjadi walaupun kita telah bekerja dengan hati-hati. Hal yang paling utama adalah jangan panik dan ikuti prosedur penanganan kecelakaan yang baik dan benar. Cari bantuan petugas laboratorium untuk membantu. Bila perlu, panggil petugas medis atau pemadam kebakaran.
B.     Saran
Sebaiknya pada saat melakukan percobaan di laboratorium kita harus mengetahui terlebih dahulu aturan umum dan tata tertib serta alat-alat kerja di laboratorium. Tidak hanyaa itu, sebelum memasuki ruangan laboratorium kita harus memakai alat keselamatan yang dianjurkan atau disarankan untuk menghindari kecelakaan yang memungkinkan terjadi dan mengenal cara penanganannya jika terjadi kecelakaan. Demikianlah makalah kami, kami harapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Daftar Pustaka
Chairlan, Lestari Estu, 2011, Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan Ed.2, Jakarta: EGC
Ibrahim,Sanusi, 2010, Teknik Laboratorium : Kimia Organik,  Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sitorus, Marham, Sutiani, 2013, Laboratorium Kimia: Pengelolaan dan Manajemen, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar