METODE STUDI ISLAM
STUDI
KAWASAN : ISLAM DI AFRIKA TIMUR, ISLAM DI ASIA TENGGARA, ISLAM DI CINA, ISLAM
DI EROPA, ISLAM DI TIMUR TENGAH, DAN ISLAM DI AUSTRALIA
Studi
Kawasan Islam
Study kawasan islam ialah kajian
yang menjelaskan tentang situasi yang terjadi di berbagai area mengenai kawasan
islam di dunia dan ruang lingkup yang ada didalamnya, mulai dari pertumbuhan,
perkembangan serta ciri-ciri karakteristik sosial budaya yang ada di dalamnya.
Di sini kita akan membahas islam dengan pendekatan study kawasan. Adapun
kawasan yang dipilih ialah :
·
Islam di Afrika Timur
Afrika menjadi perhatian para peneliti tentang
keislaman karena ada sebagian dari negara benua ini yang warganya beragama
Islam. Bahkan, dari benua ini pula lahir pemikir Islam besar sejak zaman klasik
hingga modern.[1]
Dalam sejarahnya, sudan timur
(Negara Ssudan Modern) memisahkan diri dari Sudan tengah. Sudan tiimur berutang
kepada fakta bahwa Islam menyebar sampai ke Sudan timur dari Mesir. Arab
menguasai mesir pada tahun 641 H. Gelombang arab pertama yang mendiami Mesir
terjadi pada abad IX M. Kemudian terjadi perkawinan antara arab pendatang dengan penduduk pribumi.
Pada tahun 1317, Gereja dongola di
ubah menjadi Mesjid. Kemudian Islam di
sebaarkan hamper di setiap daerah, oleh setiap keturunan. Sementara itu, di
funj terdapat kerajaan Kristen, pada tahun 1505 M., rajanya, Amara dunqas yang
mendidrikan kota sinar dari kota itu,
dilakukan hubungan perdagangan dengan Mesir.
Islam disebarkan di funj tidak hanya oleh elite politik dan
masyarakat pedagang, tetapi juga didukung oleh migrasi sarjana-sarjana Muslim
dan orang-orang suci di bebagai daerah di funj. Pada abad ke-16, perlindungan
di funj menarik bagi sarjana dari Mesir Afrika Utara, dan Arabia. Mereka adalah
orang-orang suci yang secara local dikenal dengan faqis merupakan sarjana
dalam bidang Al-Quran, fikih dan tasawuf. Orang-orang suci ini kemudian
mendirikan sekola-sekolah yang mengajarkan berbagai ilmu agama: tafsir, fikih,
dan teologi.
Arabisasi
dan Islamisasi Funj selanjutnya mengikuti perluasan Islam dan kerajaan-kerajaan
di selatan dan di barat. Di Darfur pada abad-16, di dirikan kerajaan baru,
Keira, l yang merupakan Negara kecil yang multi etnik. Antara tahun 1660 dan
1680, Sulaiman menjadikan Islam sebagai agama kerajaan, membangun mesjid-mesjid,
dan menambahkan prinsip syariah dalam legimitasi, bahasa Arab di jadikan
sebagai bahsa kearsipan.
Pada akhir abad ke-18, abad
Al-Rahman Al-Rasyid mengggabungkan sultan Darfur yang kemudian disebut
Al-Fashir. Di Darfur timur, oranng-orang suci menikah dengan waanita setempat
dan membuka tempat pengajaran beserta mesjid. Anak laki-laki tigal bersama faqis (sejenis pesantren) untuk belajar
alumninya yang kembali ketempat asalnya kemudian mengajarkan agama.
Demikianlahn, Islam di Sudan yang di
sebarkan oleh orang-orang suci dari Mesir dan arab dengan pendekatan cultural
dan structural. Pendekatan cultural diwujudkan dengan menyelenggarakan
pendidikan agama disekolah-sekolah dan mesjid; dan melalui pemikiran para faqis dengan
wanita setempat. Sedangkan pendekatan structural adalaah melalui usaha secara
politik. Dukungan structural berhasil menjadikan bahasa Arab sebaggai bahasa
kearsipan bahkan sultan mebentuk administrasi peradilan Islam.[2]
·
Islam
di Asia Tenggara
Islam yang disebarkan di kawasan Asia Tenggara telah lengkao dengan
berbagai aliran kalam, fiqh, tasawuf, dan tarekat yang dikembangkan oleh ulama
sebelumnya. Oleh karena itu, terdapat dua kecenderungan oleh umat Islam ketika
itu. Pertama, golongan tradisional yang mengikatkan diri pada mazhab atau
aliran dan kedua, golongan modernis yang menganggap bahwa kemunduran Islam
karena pelaksanaan ajaran yang sudah tidak murni lagi.[3]
Istilah Asia Tenggara yang dimaksud ialah wilayah-wilayah islam di
Indonesia, Malaysia, Patani (Thailan), dan Minandau (Filipina Selatan). Asia
Tenggara dlam cakupan seperti itu juga disamakan pengertiannya dengan Nusantara
yang mencakup wilayah yang sama pula. Sedangkan istilah Melayu adalah Sumatera
dan Semenanjung Malaya.
Adapun mengenai kedatangan Islam ke Asia Tenggara terdapat tiga pendapat.
Pertama, pendapat yang menyatakan bahwa Islam datang ke Asia
tenggara langsung dari Arab, atau tepatnya Hadramaut. Crawfurd menyatakan bahwa Islam yang dating
ke Asia Tenggara berasal dari
Arab. Keyzer berpendapat bahwa Islam
yang datang ke Asia tenggara berasal dari Mesir yang bermazhab Syafi’i.
sedangkan Nieman dan de Hollander bependapat bahwa Islam yang datang ke Asia
Tenggatara berasal dari Hadramaut karena keamaan mazhab yang di anut, yaitu
mazhab Syafi,i. Di samping itu, Veth berpendapat bahwa Islam dibaw Islam yang
datang ke Indonesia langsung dari Arab, bukan melalui India, dan bukan abad
ke-11, tapi abad ke-7.
Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa Islam yang datang ke Asia Tenggara berasal dari India. Pendapat
ini pertama kali dikemukakan oleh Pinjnapel pada tahun 1872. Berdasarkan hasil
penelaahnya, ia berkesimpulan bahwayang membawa Islam ke Asia Tenggara adalah
orang-orang yang bermazhab Syafi’I dari Gujarat dan Malabar di India. Ia
mennyatakan bahwa bahwa para pedagang kota pelabuhan Dakka di India Selatan
adalah pembawa Islam di Asia teggara (Sumatera). Pendapat ini kemudian
dikembangkan oleh Morrison pada tahun 1951 dengan menunjuk tempat yang pasti di
India, yaitu pantai Koromandel sebagai pelabuhan tempat bertolaknya pedagang
Muslim dalam pelayaran mereka menuju Nusantara.[4]
·
Islam di China
Di Cina dewasa ini islam bukan hanya hidup tetapi juga
berangsur-angsur berkembang. Di Lanzkou di tepi sungai kuning tempat asal
kebudayaan Cina, sebuah masjid dan madrasah berdiri berdampingan dengan
pagoda-pagoda Budha di tanah lapang pagoda putih. Di tempat itu ratusan orang
Cina setiap pagi menggerakkan badannya untuk melakukan latihan Tai Ji (gerak
badan harian) sebagai pemuda pemmudi muslim mulai belajar dan melakukan shalat.
Cina memiliki sejarah meliputi jangka waktu lebih dari 4000 tahhun,
sehingga termasuk nagara yang berperadapan tertua di dunia di samping India,
Mesir, dan Mesopotamia. T’ai Tsung naik tahta pada tahun 626, empat tahun
setelah Nabi Muhamma SAW dan sahabat-sahabatnya meninggalkan Mekah manuju Madinah.
Pada waktu T’ai Tsung mempertahankan dan mempersatukan Cina, Nabi Muhammad SAW
baru meletakkan dasar-dasar Negara Islam. T’ai Tsung pada tahun 638M. Peran menolak
memberikan bantuan kepada Yazdegerd yang pada waktu itu memerintah wilayah yang sekarang termasuk Iran, Afganistan, dan
Pakistan, yang memeinta pertolongan untuk melawan kekuatan baru, yaitu
orang-orang Islam. Sasani dan
Bizatium merupakan kekuatan besar di
sebelah barat. Jauh sebelum kebangkitan Islam, Sasani dan Bizatium telah datang
ke istana Cina memlalui jalan yang
terkenal dengan jalur sutera, jalan perdagangan besar yang menghubungkan Cina
dengan Konstantinopel terus ke Roma. Pada tahun 651 M., ketika Syah Peroz
meminta bantuan kepada Kao Tsung untuk melawan bangsa Arab, Kao Tsung menerima
utusan khalifah Usman Bin Affan (khalifah ketiga).
Pada
tahun 750 M., Dinasti Umayah di jatuhkan oleh Dinasti Bani Abbas. Satu tahun
kemudian, Tentara Muslim berhadapan dengan tentara Cina untuk pertama kali nya
di Talas. Dengan bantuan orang-orang Turki, Umat Oslam dapa mengalahkan Tentara
Cina. Sejak peristiwa itu, penguasaan Islam terhadap Asia Tengah semakin kukuh
dan sebagian besar penduduknya memeluk Islam. Perkembangan selanjutnya, Jengis
Khan menghancurkan Dinasti Abbasiah (1258) dan Dinasti Sung di Cina (1260).
Mereka mendirikan Dinasti Yuan (1260-1268). Dinasti Yuaan berjasa dalam
penyebaran Islam kepalaman Cina sehingga banyak orang Islam menduduki jabatan
penting. Marcopolo mencatat bahwa
provinsi Yunnan di bawah orang-orang Mongol adalah Muslim dan mempunyai
Gubernur seorang Muslim, Syamsuddin Umar.[5]
Statistik pemerintah manunjukkan jumlah Muslim Cina tidak kurang
dari 14 juta orang, tetapi angka-angka tidak resmi di luar pemeritah
menyebutkan umat Islamdi negeri Cina lebih dari itu. Setelah revolusi
kebudayaan, tahun 1966, mesjid-mesjid banyak yang ditutup, dirusak, dan
dihancurkan. Sekarang, mesjid-mesjid itu bukan hanya dibuka, tetapi juga
diperbaiki atau dibangun kembali sebagian besar menggunakan biaya pemerintah
dan Al-Quran yang dulu dihancurkan oleh Pertahanan Sipil Merah yang memimpin
revolusi kebudayaan itu dicetak kembali dan dibagi-bagikan dengan biaya
pemerintah.[6]
· Islam di Eropa
Di Eropa kajian
masalah timur di Universitas terpisah menjadi suatu kedisiplinan abad ke-19. Di
Perancis dan Inggris motivasi kajian timur tengah adalah untuk kepentingan
politik, karena wilayahnya itu merupakan incaran untuk dijadikan daerah
jajahan. Melalui kajian timur tengah pada abad ke-19 tentang sejarah dan bahasanya.
Jika mengkaji secara orientalis, mulai perang dunia II kekuasaanya mulai pindah
dari Eropa ke Amerika Serikat. Universitas-universitas di Amerika Serikat dan Kanada,
jurusan Religius Studi yang meliputi kajian teks dan ekpresi tingkah laku
keberagaman pada abad ke-20. perbandingannya abad ke-19 kajiannya lebih banyak
dengan cara polemik namun pada abad ke-20 membuka dialog antar satu sama
lain. Islamic Studies yang dilakukan di barat menggunakan pendekatan dan metode
sebagai berikut:
a. Metode
ilmu-ilmu yang masuk dalam kategori humanistis
b. Metode dalam
disiplin Teologi
c. Metode dari
displin ilmu-ilmu sosial
Di Amerika, studi-studi Islam pada umumnya memang menekankan pada studi sejarah
Islam,bahasa-bahasa Islam selain bahasa arab,sastra dan ilmu-ilmu sosial,berada
dipusat studi Timur Tengah atau Timur dekat. Di UCLA studi Islam dibagi kepada
komponen-komponen. Pertama, mengenai doktrin agama Islam, termasuk sejarah pemikiran
Islam. Kedua, bahasa arab termasuk teks-teks klasik mengenai sejarah, hukum dan
lain-lain. Ketiga, bahasa-bahasa non arab yang muslaim, sperti Turki, Urdu,
Persia, dan sebagainya. Sebagai bahasa yang dianggap telah ikut melahirkan
kebudayaan Islam. Kempat, ilmu-ilmu sosial, sejarah, bahasa arab, sosiologi dan
semacamnya. Selain itu, ada kewajiban menguasai secara pasif satu atau dua
bahasa eropa.
Di London,
studi Islam digabungkan dalam school of oriental and african studies, fakultas
mengenai studi ketimuran dan afrika, yang memiliki berbagai jurusan bahasa dan
kebudayaan asia dan afrika. Salah satu progrm studi didalamnya adalah program
MA tentang masyarakat dan budaya Islam yang dapat dilanjutkan kejenjeng doktor.
Di Kanada,
studi Islam bertujuan : pertama, menekuni kajian budaya dan peradaban
Islam dari zaman Nabi Muhammad hingga masa kontemporer. Kedua, memehami ajaran
Islam dan masyarakat muslim di seluruh dunia. Ketiga, mempelajari beberapa
bahasa muslim.
Di Belanda,
menurut salah satu ilmuwan disana menyatakan bahwa studi Islam di Belanda
sampai setelah perang dunia II, masih merupakan refleksi dari akar anggapan
seperti Islam bermusuhan dengan kristen, dan pandangan Islam sebagai agama yang
tidak patut di anut. Baru belakangan ada sifat yang lebih objektif seperti apa
yang tertulis dalam berbagai brosur, studi-studi Islam dibelanda lebih
menekankan kepada kajian Islam di Indonesia tertentu, kurang menekankan pada aspek
sejarah Islam itu sendiri.[7]
·
Islam
di Timur Tengah
Pusat
penyebaran Islam pertama kali adalah di Jazirah Arab, yang kini disebut dengan
Arab Saudi. Dalam negeri ini, terdapat dua kota yang sangat historis dan
menjadi pusat perhatian dunia, yakni Mekkah dan Madinah. Dua kota ini, dalam
sejarah Islam, dikenal dengan sebutan Haramain ( Dua kota yang
dimuliakan). Dikota Mekkah pada tahun 570 M, seorang anak lelaki dilahirkan.
Anak laki - laki ini diberi nama Muhammad ( yang terpuji ).
Muhammad
diangkat menjadi nabi pada usia 40 tahun atau tepatnya pada 610 M. Jejak
langkah Nabi Muhammad menjadi perhatian dunia, bahkan Michael hart dalam
bukunya, 100 tokoh yang berpengaruh, memosisikan Nabi Muhammad sebagai orang
yang pertama yang dapat mempengaruhi dunia. Catatan Hart menetapkan Nabi
Muhammad pada posisi pertama dengan alasan yang sangat argumentatif. Salah satu
argumentasinya adalah karena Nabi yang yatim sejak lahir ini mampu mengubah
Arab yang jahiliyah ( bodoh dalam preilaku dan peradaban ) menjadi masyarakat
yang beradab dalam waktu yang cukup relatif singkat. Padahal, jika dilihat dari
tokoh – tokoh berpengaruh lainnya yang dapat mengubah suatu masyarakat, mereka
membutuhkan waktu yang cukup lama, bahkan berabad – abad. Adapun laki – laki
keturunan Quraisy ini hanya membutuhkan waktu 23 Tahun untuk mengubah prilaku
bangsa Arab yang biadab menjadi beradab dan berakhlak karimah.[8]
·
Islam
di Australia
Sejarah masuknya Islam ke Australia dimulai dari interaksi pertama
kali nelayan yang berasal dari Sulawesi Selatan (Indonesia) dengan penduduk
asli di bagian Utara Australia (Aborigin) pada sekitar tahun 1.600 M.Nelayan
dan pedagang Makassar tiba dipeisisr utara Australia Barat, Australia Utara dan
Queensland, orang Makassar berdagang dengan penduduk Asli yaitu Aborigin, dan
mencari teripang. Bukti-buki dari kunjungan awal ini dapat ditemukan pada
kesamaan beberapa kata bahasa Makassar dengan orang Aborigin, perkawinan antara
Penduduk asli dan orang Makassar pernah terjadi dan lokasi pemakaman
orang-orang Makassar yang ditemukan disekitar pesisir pantai.
Tidak banyak jumlah Muslim yang tinggal di Australia saat itu,
sampai pada sekitar tahun 1.860 M. serombongan penggembala onta berasal dari
Afganistan datang ke Australia menambah jumlah Muslim yang tinggal di
Australia. Menurut Prof. Regina Ganter pakar keislaman di Australia dan dosen
Sejarah Universitas Griffith, Kehadiran Islam di Australia terbukti jauh lebih
awal dari tahun 1850-an, seperti yang selama ini menjadi “sejarah resmi”
kedatangan agama Islam, dan eksistensinya tidak dapat dilepaskan dari orang
Indonesia asal Makassar, Sulawesi Selatan.
Muslim Australia memilih mendirikan Museum Islam di Melbourne untuk
memperkenalkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Museum Islam ini, bagi OKI
(Organisasi Konferensi Islam), sangat penting, sebagai jembatan budaya, serta memberi
dukungan perkembangan Islam bagi masyarakat Australia dan warga muslim di sana
secara khusus. “Museum ini akan meningkatkan pemahaman Australia tentang Islam
dan membantu membangun jembatan komunikasi yang lebih baik, peradaban Islam
telah memberikan kontribusi terhadap peradaban lain, terutama dalam seni dan
budaya. Seni dan budaya Islam sangat kaya dan beragam di seluruh dunia, dengan
berdasar pada prinsip-prinsip toleransi dan perdamaian. Maka tidak berlebihan
bila semua itu diabadikan dalam Museum Islam. Ini tidak hanya memberikan
informasi dan edukasi kepada umat muslim khususnya, namun juga non-muslim pada
umumnya. [9]
[1] Atang
Abd. Hakim, Jaih mubarok, Metodologi
Studi Islam. (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2004), hal. 214
[2] Ibid,
hal.166-167
[3] Dedi
Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008)
hal.231
[4] Atang
Abd. Hakim, Jaih mubarok, Op,cit., hal.
168
[5] Ibid., hal. 172 - 174
[6] Koko
Abdul Kodir, Metode Studi Islam, (Bandung: Pustaka Setia,2014), hal.181
Tidak ada komentar:
Posting Komentar